"Makanya, lain kali hati-hati. Jangan ceroboh jadi cewek"
Aksa tidak berhenti mengomeli Irona. Jari tangan gadis tersebut terkena pecahan piring yang jatuh saat memasak tadi.
Bukanya merasa bersalah, justru gadis itu mengulum senyumnya. Ada kebahagiaan tersendiri yang Irona rasakan ketika melihat Aksa yang terlihat khawatir.
"Nah, kan. Dikasih tau malah senyum-senyum" omel Aksa.
"Kenapa? Nggak boleh?" sahut Irona dengan wajah menantang.
Aksa menarik nafas dalam-dalam. Ia harus menguatkan hati menghadapi gadisnya yang nakal.
"Selesai"
Irona memperhatikan jarinya yang sudah ditutupi oleh perban.
"Kerjaan kamu bagus, juga. Aakhhh.. Jangan dicubit." Irona mengusap pipi kanannya yang berhasil dicubit oleh Aksa.
"Orang sakit, kok dibilang bagus"
Irona terkekeh. Mudah sekali membuat Aksa merajuk.
"Ya, maaf. Aku kan sengaja"
Irona terbahak. Wajah Aksa sudah mulai kesal dan ia berlari kembali ke ruang tamu.
"Makanannya ketinggalan"