Irona tersipu malu mendengar gombalan Aksa yang ternyata mampu membuat hatinya kembang kempis.
"Kalo mau senyum, senyum aja" goda Aksa.
Irona justru meledakan tawanya. Mencoba untuk menyembunyikan rasa gugup dan sekaligus malu yang bercampur menjadi satu.
"Oh, iya. Tadi kamu meeting sama klien yang di Jakarta?" tanya Irona mengalihkan.
"Iya. Tapi berhubung aku di sini, jadinya kita meeting virtual aja"
"Kamu udah mulai kerja?"
"Bukan kerja, sih. Tapi masih belajar. Supaya nanti nggak kaget dan udah terbiasa"
Irona menganggukan kepalanya mengerti. Ternyata tugas seorang pewaris tunggal sangat berat.
"Oh, iya. Tadi aku bikin sirup. Jangan marah ya kalo sirupnya berkurang"
Aksa berdecak. "Kenapa harus bilang, sih? Kamu ambil aja apapun yang kamu mau di rumah ini. Toh ini juga semuanya bakal jadi milik kamu suatu saat nanti"