"Hmmm… Hhmmmm…" Kembali terdengar di telinga mereka semua, namun kali in suaranya lebih jelas. Terutama bagi Icha yang saat ini mulai berkeringat karena takut.
"Permisi?" Predict kembali mencoba untuk berkomunikasi dengan siapapun yang menjadi dalang dari kejadian yang mereka alami akhir-akhir ini. Tiba-tiba helaan nafas dari perempuan berambut panjang di ikat sempol itu membuat mereka semua terkejut. Tangannya yang menggenggam tangan Icha dan Leo pun mengerat membuat keduanya menoleh manatap padanya dengan terkejut.
"Lac?" Panggil Icha dengan pelan. Sehingga saat ini mereka semua melirik pada Lilac yang memejamkan matanya dengan erat, Predict yang melihat hal tersebut pun menyipitkan matanya ketika merasakan ada sebuah hawa lain yang masuk ke dalam lingkaran mereka.
"Lilac?" Panggil Icha kembali, ia ingin memastikan bahwa temannya yang satu itu baik-baik saja. Lilac yang terpanggil pun dengan sangat cepat menoleh ke arah Icha, menatapnya dengan mata yang melotot dan seluruhnya berwarna putih itu. "Aaaaaaa!!" Icha berteriak kencang saat ia melihat Lilac yang seperti itu tepat di sampingnya, saat Icha hendak berlari menjauh dan melepaskan genggaman tangan mereka, Perdict segera mencegahnya.
"Jangan di lepas!" Teriak Predict pada Icha, sehingga perempuan itu mengurungkan niatnya untuk berlari dan tetap memegang tangan Lilac yang terasa sangat dingin saat ini. Icha sebisa yang ia bisa tetap memberanikan diri untuk tetap menggenggam tangan Lilac yang saat ini telah di rasuki roh lain meskipun saat ini ia lebih memilih untuk memejamkan matanya dari pada menatap pada Lilac yang berada di sampingnya.
"Maaf mengganggu anda!" Predict kembali berusaha untuk berkomunikasi dengan sosok yang kini masuk ke dalam tubuh Lilac, ia tidak ingin membiarkan kesempatan itu hilang begitu saja, karena seluruh teman-temannya pun mencoba untuk tidak melarikan diri dari tempat itu meskipun ia tahu mereka semua saat ini ketakutan.
Rambut panjang Lilac yang di ikat itu pun terurai begitu saja, tanpa mereka tahu siapa yang melepaskan ikatannya. Hingga saat ini, rambut panjang itu sukses menutupi seluruh wajah Lilac.
"Ada apa kalian memanggil saya?!" Sosok yang berada di dalam tubuh Lilac itu bertanya pada Predict dengan suara yang keras dan menggeram, membuat mereka semua tidak ingin mendengar apapun yang di katakana oleh Lilac saat ini.
Dhani yang belum mengetahui keadaan itu pun menyipitkan kedua matanya, ia kemudian menoleh pada Predict dan bertanya dengan suara yang setengah berbisik. "Dia kenapa dict" Tanyanya dengan wajah polos, seperti anak kecil yang tidak mengerti apa-apa.
Leo dan Fatur secara bersama-sama menggelengkan kepala mereka, sementara Predict memilih untuk tidak menjawab pertanyaan konyol itu dan lebih memilih untuk fokus pada sosok yang merasuki Lilac.
Menyadari Predict mengabaikannya, Dhani pun kembali mencoba bertanya pada Leo yang ada di hadapannya. Dan Lelaki itu dengan sedikit kesal, berucap tanpa suara ada Dhani. 'Diam saja!' Itulah kata yang ingin ia ucapkan pada Dhani. Ia berharap lelaki itu mengerti dan mengikuti perintahnya untuk diam.
"Siapa nama anda?" Tanya Predict dengan perlahan, ia sengaja tidak menanyakan langsung ke inti dari permasalahan yang di alami oleh sosok tersebut, atau apa penyebab kematiannya karena Predict ingin semuanya terungkap secara jelas.
"Hhmmmrrhh… Sss." Lilac menggeram, tangannya semakin kuat meremas tangan Icha dan Leo membuat mereka harus menahan kesakitan tanpa merusak lingkaran yang mereka buat. Predict menyipitkan matanya berusaha mendengarkan apa yang di katakana oleh Lilac, Dhani pun memperhatikan bagaimana kini perempuan itu seperti setengah tidak sadarkan diri dengan kepala yang menunduk tertutupi rambut. Fatur pun ikut memperhatikan dan mendengarkan apa yang sebenarnya di ucapkan oleh Lilac karena suara yang di iringi geraman itu sangat tidak jelas. Bahkan Leo yang berada tepat di samping Lilac pun tidak dapat mendengar apa yang ia katakan, dan berusaha mendekatkan telinganya pada perempuan itu. Berbeda dengan mereka yang berusaha untuk mendengarkan apa yang Lilac katakan, Nada dan Icha justru memejamkan mata mereka dan berusaha menulikan telinga mereka karena takut.
"Siapa?" Tanya Predict kembali, Lilac menggeliat dengan kepala yang bergerak ke kiri dan ke kanan. Ia kembali menggeram denga tubuh yang mulai melemas.
"Ssiiissshhh… Hhmmrrhh… Ssisss.." Predict, Leo, Fatur dan Dhani bersama-sama mencondongkan diri mereka ke arah Lilac, dan dapat mendengar sosok itu menyebutkan kata Sis di sana.
"Sisi?" Tanya Dhani, mencoba menebak apa yang di katakana oleh Lilac. Bulu kuduk mereka semua berdiri saat lagi-lagi sosok tersebut menggeram dengan lebih keras dari sebelumnya.
"Hhhmmhh! Siissskkaaaa!" Jawabnya membenarkan namanya yang sempat salah di sebutkan oleh Dhani. Mereka pun kembali menegakkan tubuh mereka setelah mendengar nama dari sosok yang merasuki Lilac.
"Siska?!" Tanya Predict kembali memastikan dirinya tidak salah.
"Siskaaa Hiihihihihihi!!" Ucap sosok pada tubuh Lilac membenarkan dan tertawa dengan kencang saat ia sudah menyebutkan namanya dengan benar. Nada yang terkejut dan takut mendengar suara tawa itu pun hendak berlari, namun Fatur dan Leo segera mencegahnya dengan menggenggam tangan Nada lebih kencang agar dia tidak merusak lingkatan mereka.
"Jangan lepaskan Nad!" Bisik Fatur pada Nada yang kini kembali terdiam dan kembali menutup matanya. Berusaha sekuat yang ia bisa untuk tidak takut, meski pada kenyataannya dirinya merasa hampir mati karena ketakutan.
"Kita di sini, Nad!" Bisik Leo yang semakin mengeratkan tangannya, Nada pun membalas genggaman tangan kedua lelaki itu dengan sangat erat, meyakinkan dirinya sendiri bahwa Leo dan Fatur akan melindunginya dari apapun yang akan terjadi.
Sedangkan Icha yang berada tepat di samping Lilac dan mendengar tawa itu pun meringkuk lebih dekat ke samping Dhani yang berada di sebelah kirinya tanpa berusaha melepaskan genggaman tangannya pada Lilac.
"Apakah kamu yang datang mendatangi kami semua kemarin?" Tanya Predict kembali, ia harus cepat melakukan komunikasi ini karena melihat Nada dan Icha yang sudah ketakutan seperti itu. Sosok itu mengangguk-anggukkan kepalanya dan tersenyum pada Predict, dengan mata yang terpejam.
"Kenapa? Kenapa kamu mendatangi kami?" Tanya Predict kembali, mereka mulai masuk ke dalam sebuah pembahasan yang serius. Icha dan Nada pun mulai tidak merasa setakut tadi meski sebenarnya perasaan takut masih ada di dalam diri mereka. Dhani yang sedari tadi terdiam kini mulai merasa tidak enak dengan hawa yang ia rasakan dan mulai berkeringan dingin karena ketakutan.
"Saya ingin… Saya ingin meminta bantuannn… Hhhnggg… Hnggg hiks! Hiks!" Sosok bernama Siska itu menjawab dan tiba-tiba menangis dengan kencang, membuat Nada, Icha dan Dhani semakin ketakutan sementara Leo dan Fatur mulai merasakan ketakutan. Tangisan itu begitu kencang dan seram di saat yang bersamaan, sehingga siapapun yang akan mendengarnya akan merasa ketakutan. Karena Suara tangisan di tengah malam yang terdengar dari mulut seorang perempuan yang di rasuki oleh sosok lain yang telah tiada itu menjadi sebuah tanda bahwa kehidupan di dunia ini bukan hanya milik makhluk yang terlihat saja.