"Hei!" Bram memekik ketika tiba-tiba Clara mencubit pinggangnya.
"Kamu baru saja mengumpat. Apa maksudmu? Apa kamu mengumpat tentangku?" tanya Clara.
"Tentu saja bukan. Aku hanya bergumam, bahwa aku memang belum mandi dan indra penciuman mu itu rupanya tajam juga," ucap Bram kemudian terkekeh.
"Jorok sekali, ya ampun!" ucap Clara sedikit memekik seraya menutup hidungnya.
Bram pun terkekeh dan justru sengaja mendekati Clara seraya mengerjai Clara dengan ingin mencium Clara.
"Kamu tak ingin menciumku? Kamu tak rindu padaku?" tanya Bram seraya terus memaksa ingin mencium Clara.
"Anakku akan mabuk dicium Papinya yang bau," ucap Clara.
Bram terdiam, kemudian berlutut di hadapan Clara. Hal itu membuat Clara sedikit terperanjat.
"Dia takan merasa begitu, dia pasti menyukai Papinya dalam keadaan apapun. Benarkah, Sayang?" ucap Bram tepat di depan perut Clara. Tangannya mengusap perut Clara membuat Clara tersenyum.
"Hem... Ya sudah, mandi sana!" ucap Clara.
Bram pun kembali berdiri.