Clara melangkahkan kakinya menuju kamar. Langkahnya terasa lemas, tulang-tulangnya seakan luluh lantah karena masih tak percaya dengan kenyataan bahwa hubungannya dengan Gerry baru saja berakhir.
'Mengapa, ketika aku bertemu dengan pria yang baik, yang tulus mencintaiku, lalu aku juga harus kehilangannya?' batin Clara.
Clara menyayangi Gerry. Mungkin, untuk cinta dia memang ragu untuk mengakuinya. Dia sendiri tak tahu dengan perasaannya terhadap Gerry hanya sebatas rasa sayang atau mungkin cinta. Mengingat dirinya bukanlah wanita yang tak mudah mencintai pria.
Clara duduk di tepi tempat tidur. Ingatannya kembali pada apa yang Gerry katakan, bahwa Gerry mendengar percakapannya dengan Bram. Rasa malu menyeruak di hati Clara. Rasanya, dia tak ingin lagi menampakan wajahnya di hadapan Gerry.
Ting tong!
Clara mengerutkan dahinya. Dia melangkahkan kakinya menuju pintu setelah mendengar suara bel apartemen.