Malam hari.
Bram memasuki kediamannya. Dia baru saja kembali dari kantor.
Bram melewati ruang tamu, dahinya berkerut melihat sang papi tengah duduk bermain bersama Briel di sana. Bram mendekati sang papi dan duduk di dekat Briel.
"Kamu dari kantor, Bram?" tanya sang papi.
"Ya," jawab Bram seraya melonggarkan dasi yang melingkar di lehernya.
"Papi ingin bicara," ucap sang papi.
Bram melihat sang papi kemudian mengangguk.
"Tapi, jangan di sini. Ini sedikit sensitif," ucap papi Bram.
Dahi Bram lagi-lagi berkerut. Entah apa yang ingin papinya itu katakan. Wajahnya pun memang terlihat serius.
"Briel, kemarilah!" pinta Bram.
Briel mendekati Bram dan Bram mendaratkan ciuman di kepala Briel.
"Tidurlah. Besok Briel sekolah. Jangan sampai terlambat," ucap Bram seraya tersenyum.
Briel mengangguk dan membalas ciuman Bram. Briel mencium pipi Bram kemudian menghampiri pengasuh Ana. Pengasuh Ana menggendong Briel menuju kamarnya di lantai dua. Dia menemani Briel tidur di sana.