Bram menghela napas. Dia melihat Carren sekilas.
"Ya sudah. Kamu boleh pergi," ucap Bram seraya menarik dasi dan melepasnya.
Carren melihat punggung Bram yang tampak tegap. Sontak dia menelan air liurnya. Jantungnya berdegup kencang.
"Ada apa? Kenapa masih di sini?" Bram berbalik dan melihat Carren seraya mengerutkan dahinya. Carren masih saja berada di dalam kamarnya.
"Eh ... Maaf Tuan, apa Anda mau kopi?" tanya Carren.
"Hm ... Boleh," ucap Bram dan Carren bergegas keluar dari kamar. Carren menutup pintu kamar Bram, dia memegang dadanya yang mana detak jantungnya masih berdegup kencang.
'Dia benar-benar tampan, tak cocok sekali dengan wanita sialan itu!' gumam Carren.
Carren menghela napas kasar, dia segera pergi menuju dapur dan membuatkan kopi untuk Bram.
Selesai membuat kopi, Carren membawa kopi ke kamar Bram. Dia melihat kamar Bram kosong, tak ada Bram di sana. Hanya terdengar dering ponsel dari kamar itu.
Carren tak sengaja menabrak sesuatu sehingga menimbulkan suara.