Chereads / Clara (Wanita Simpanan) / Chapter 36 - CWS 36

Chapter 36 - CWS 36

Di perjalanan, Bram terus memikirkan Clara. Sebetulnya malas harus menginap bersama Anita. Tetapi orangtua Anita dan orangtuanya meminta agar mereka menghabiskan waktu bersama. Orangtua Anita dan orangtuanya justru menyarankan agar Anita tinggal beberapa hari di kediaman Bram. Namun, Bram tak ingin Anita datang ke rumahnya, apalagi sampai tidur di rumahnya. Karena itu, sebagai gantinya dia memilih mengajak Anita menginap di Hotel. Meski di sana, dia hanya datang menemui Anita dan tidur di tempat tidur yang sama tanpa melakukan apapun. Jika saja bukan karena bayangan Clara yang ketika itu tiba-tiba saja menghantuinya, dia takan mungkin menyentuh Anita hingga sejauh itu.

***

Bram sampai di Hotel. Dia melihat Anita yang tengah duduk berdiri di depan cermin. Bram tak peduli dan memilih memasuki kamar mandi.

Anita hanya memakai lingerie yang luarnya ditutupi outher satin sehingga lingerie seksinya tak terlihat jelas.

Dia menunggu Bram keluar dari kamar mandi. Dia ingin meminta maaf pada Bram karena sudah mencurigai Bram pagi tadi.

Tak lama Bram keluar dari kamar mandi. Anita bergegas menghampiri Bram.

"Bram!"

"Hm ..."

Bram memakai pakaiannya.

"Maafkan aku untuk masalah tadi pagi. Tak seharusnya aku mencurigaimu," ucap Anita.

Bram terdiam, dia melihat Anita sekilas.

"Lupakan!" ucap Bram.

"Apa kamu masih marah?" tanya Anita.

"Tidak, biasa saja," ucap Bram santai.

Anita mendekati Bram dan memeluk Bram ketika Bram sudah selesai memakai pakaiannya.

"Maafkan aku, Bram. Seharusnya aku mengerti, ketika kamu memutuskan untuk menikah denganku, maka ketika itulah dirimu serius melakukannya. Karena pelabuhan terakhir seseorang dalam hidupnya, adalah menikah," ucap Anita.

Bram terdiam mendengar ucapan Anita. Entah mengapa dia teringat ucapan Clara, di mana Clara mengatakan bahwa dia hanya ingin menikah satu kali seumur hidupnya, dan orang yang akan dia nikahi adalah orang yang dia cintai dan mencintainya. Mungkin Anita juga benar, semua orang pada akhirnya memiliki tujuan untuk menikah, tetapi Bram tak mencintai Anita, dia tak memiliki perasaan apapun selain hanya karena sebuah kepentingan bisnis saja.

Bram teringat, ketika dirinya bertemu orangtua Anita saat di Jerman. Pertemuan yang tak sengaja berujung lamaran pada Bram. Bram memang mengenal orangtua Anita. Ketika itu, orangtua Anita meminta Bram untuk menikah dengan Anita, dengan jaminan apapun usaha yang Bram kerjakan, akan mendapatkan izin mudah dari Pemerintahan. Orangtua Anita, tepatnya papanya Anita adalah seorang pejabat tinggi di Pemerintahan. Dia yang mengurus segala macam kepentingan tentang perizinan usaha yang masuk. Usaha apapun harus berdiri secara legal dan untuk mengurus semua itu, membutuhkan waktu yang lama. Namun, untuk Bram ada jaminan mudah mendapatkan perizinan untuk usaha apapun yang akan dia dirikan.

Dalam dunia bisnis, semua itu penting bagi Bram. Bagaimana pun, Bram adalah pria yang berpikir secara realistis ke depannya. Dia akan memanfaatkan sesuatu yang menguntungkan bagi dirinya, perusahaan dan semua bisnisnya. Pernikahan secara politik atau bisnis, memang kerap kali terjadi dikalangan sosial Bram dan pemerintahan.

Bram melepaskan diri dari pelukan Anita.

"Tidurlah. Aku akan menyusul," ucap Bram.

Anita mengangguk, dia menurut dan merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur. Sedangkan Bram mengambil laptopnya dan pergi menuju balkon kamar. Dia duduk menatap layar laptopnya di mana di sana dia melihat rekaman cctv kamar Clara. Dia memperhatikan Clara yang sudah tertidur di tempat tidur.

Bram mengerutkan dahinya ketika tak lama ada seorang pria yang masuk diam-diam ke kamar Clara. Bram mengepalkan tangannya. Dia mengambil ponselnya, berniat menghubungi Dante. Jujur saja, Bram tak dapat melihat jelas sosok yang masuk ke kamar Clara. Namun, Bram meyakini sosok itu adalah seorang pria dari tubuhnya yang tinggi dan kekar.

Bram menggeram ketika tak mendapatkan jawaban dari Dante. Dengan cepat dia menutup laptopnya, dan berlari menuju keluar kamar. Dia bahkan tak mengatakan apapun pada Anita. Anita pun sudah tidur saat itu.

Dengan perasaan penuh amarah, Bram melajukan mobilnya menuju apartemen Clara.

"Dasar tak berguna!" geram Bram ditengah kegiatannya mengemudi. Dia benar-benar kesal karena Dante tak ada ketika dibutuhkan.

Tampak seperti kerasukan, Bram melajukan mobilnya dengan cepat. Dia tak peduli meski jalanan tak terlalu sepi.

***

Sesampainya di apartemen Clara.

Bram memasuki apartemen, dia melihat Dante tertidur di sofa.

Plak!

Bram melakukan hal yang sama seperti ketika Clara berada di Kantor Polisi, yaitu menampar wajah Dante. Dante justru tertidur dan lalai mengawasi Clara.

Dante terperanjat melihat Bram.

"Tidur saja kerjaanmu! Benar-benar tak berguna!" geram Bram.

"Maaf, Tuan. Saya tertidur," ucap Dante merasa bersalah. Jelas saja Dante akan tertidur, Clara sudah tertidur dan dia lelah. Dia juga butuh istirahat.

Bram mengepalkan tangannya. Bram bergegas masuk ke kamar Clara, terlihat Clara duduk bersandar di kepala tempat tidur. Clara tampak kebingung melihat Bram yang dengan tergesa-gesa masuk ke kamarnya.

"Bram? Bukankah kamu sudah pergi dari sini?" tanya Clara.

Bram melihat seluruh ruangan kamar Clara. Dia membuka pintu kamar mandi dan tak ada siapapun di sana. Bram juga menyeret gorden dan melihat jendela tertutup rapat bahkan terkunci.

Bram melihat Clara dengan penuh selidik, sementara itu Clara pun menatap Bram dengan tatapan yang sama. Clara tak mengerti dengan apa yang Bram lakukan. Bram seperti tengah mencari sesuatu.

"Siapa yang masuk ke sini?" tanya Bram penuh selidik.

Clara mengerutkan dahinya. Dia semakin tak mengerti dengan apa yang Bram katakan.

"Aku hanya sendirian," ucap Clara.

"Lalu, kenapa kamu bangun? Bukankah kamu sudah tidur tadi?" tanya Bram.

"Aku habis buang air, memangnya kenapa? Kenapa kamu bisa bertanya seperti itu?" tanya Clara.

"Hm ... Aku melihat ada seseorang yang masuk ke sini," ucap Bram.

Clara membulatkan matanya. Dia mendekati Bram.

"Bagaimana kamu tahu jika ada seseorang yang masuk ke kamarku? Aku bahkan tak tahu itu," ucap Clara bingung.

Bram terdiam, dia menjadi kebingungan sendiri harus menjawab apa. Dia sendiri tak mungkin memberitahu Clara bahwa di kamar Clara di simpan cctv untuk mengawasi gerak gerik Clara.

"Sudahlah, sebaiknya kamu tidur," ucap Bram.

Bram membuka pakaiannya. Kini dia hanya bertelanjang dada dan memakai celana pendek saja. Entah mengapa tubuhnya menjadi berkeringat malam itu.

Clara masih tampak bingung melihat sikap Bram.

"Apa kamu tak kembali pada Anita?" tanya Clara.

"Tidak. Aku akan tidur di sini, malam ini," ucap Bram.

Clara diam saja. Dia kembali naik ke tempat tidur. Dia merebahkan tubuhnya.

Sementara itu, Bram menyusul merebahkan tubuhnya di tempat tidur.

Bram melihat Clara yang memunggunginya. Dia mendekati Clara dan memeluk Clara dari belakang. Clara tentu saja terkejut menerima perlakuan seperti itu.

"Diamlah. Sudah tidur!" ucap Bram semakin memeluk Clara dan mengendus kepala belakang Clara.

Deg!

Clara menelan air liurnya, entah mengapa dia merasakan hal aneh ketika Bram mengendus kepala belakangnya dengan napasnya yang terasa hangat. Jantungnya seketika berdegup kencang.

Clara menarik napas dalam-dalam dan mengembuskan perlahan. Terkadang dia bingung melihat sikap Bram. Kadang lembut, dan terkadang kasar. Clara mencoba memejamkan matanya di tengah kegelisahannya karena jantungnya belum juga berdegup normal.

***

Sementara di sisi lain, Anita tampak kesal ketika tak menemukan Bram di kamar Hotel. Dia mengepalkan tangannya.

"Keterlaluan!" teriak Anita.