Clara masuk ke kamar mandi. Dia menatap dirinya di cermin. Dia menatap lekat wajahnya. Menyentuh wajahnya berkali-kali.
'Tak ada yang salah dengan wajahku. Aku cantik, bahkan lebih cantik dari Anita,' gumam Clara.
Clara menatap dadanya. Dia menghela napas. Dadanya memang lebih kecil dari dada Anita.
'Aku yakin, Bram menyukai dadanya, bukan orangnya,' gumam Clara.
Clara berpikir, Bram mendekati Anita karena dada Anita yang berukuran lebih besar darinya. Bukan karena Bram benar-benar menyukai Anita. Bagaimana pun, menurutnya dirinya lah yang lebih cantik dari Anita.
Clara keluar dari kamar mandi, dia terkejut melihat Bram ada di dalam kamar. Entah sejak kapan Bram ada di sana, bukankah Bram bersama Anita di kolam renang?
Clara berjalan melewati Bram. Dia tampak acuh dan tak menegur Bram.
Bram menahan tangan Clara, membuat Clara beralih menatapnya.
"Di mana baju gantiku?" tanya Bram.
"Apa? Kamu bertanya padaku?" tanya Clara.
"Memangnya ada siapa lagi di sini?" tanya Bram heran. Clara bertanya hal bodoh yang seharusnya tak perlu dia tanyakan.
"Sudahlah. Mana aku tahu. Lagi pula, untuk apa kamu di sini? Bukankah tadi kamu begitu asik dengan Anita? Kenapa tidak dilanjutkan saja?" ucap Clara tampak dingin.
Bram mengerutkan dahinya dan melepaskan tangan Clara.
"Tentu saja aku akan melanjutkannya. Dia kekasihku. Dia prioritas ku," ucap Bram.
Clara mengepalkan tangannya. Dia menatap Bram dengan tajam.
"Lalu, untuk apa kamu mengajakku ke sini? Aku pikir, kamu mengajakku ke sini agar kita berlibur bersama. Ternyata aku salah sangka," ucap Clara.
"Apa kamu begitu ingin aku ajak berlibur bersama? Kamu pikir, kamu siapa? Berani sekali meminta itu padaku! Simpanan hanya akan berada di belakang layar. Takan ada ruang di depan layar," ucap Bram.
Clara semakin kuat mengepalkan tangannya. Rasanya sesak sekali mendengar ucapan Bram. Bram benar-benar menyebalkan.
Clara tersenyum dan mengambil tasnya.
"Mau kemana?" tanya Bram.
"Pulang," ucap Clara.
"Siapa yang mengizinkanmu pulang? Aku tak mengizinkanmu pulang," ucap Bram.
"Memangnya siapa yang meminta izin mu? Aku tak peduli, aku ingin pergi sekarang juga," ucap Clara dan berlalu menuju pintu.
Clara mencoba membuka pintu, tetapi pintu itu terkunci. Clara berbalik melihat Bram, menatap Bram penuh curiga.
"Tanpa izinku, kamu takan bisa keluar dari Villa ini," ucap Bram sambil menunjukan kunci kamar.
Clara bergegas menghampiri Bram dan mencoba mengambil kunci di tangan Bram. Sialnya, Bram langsung mengangkat tangan yang dipakai memegang kunci itu hingga Clara kesulitan mengambilnya.
"Sebenarnya, apa mau mu?" tanya Clara bingung.
"Bukankah kamu ke sini untuk bersenang-senang dengan Anita? Lalu, kenapa masih menginginkan aku ada di sini? Apa kamu tak takut jika aku mengganggu kalian bersenang-senang?" ucap Clara.
"Karena aku membutuhkan pelayan untuk melayaniku dan Anita," jawab Bram.
Setelah itu Bram keluar meninggalkan Clara yang hanya diam mematung. Kakinya terasa kaku, dia tak dapat menggerakan-nya. Bahkan dia tahu pintu itu sudah terbuka, tetapi dia tak mampu melangkahkan kakinya.
Di kolam renang.
Bram kembali ke kolam renang. Dia tersenyum melihat Anita yang masih berada di dalam kolam. Anita perlahan mulai naik dan keluar dari dalam kolam.
"Di mana asisten mu?" tanya Anita.
"Dia di kamarnya," ucap Bram.
"Bagaimana kamu tahu? Apa kamu diam-diam masuk ke kamarnya?" tanya Anita curiga.
Bram tampak bingung menjawab pertanyaan Anita. Ucapannya membuatnya terjebak.
"Tidak," ucap Bram.
"Lalu?" Anita semakin menatap Bram penuh curiga.
"Itu yang kupikirkan. Aku dari kamar tadi, aku mendengar sesuatu di kamar lain, aku yakin dia di sana," ucap Bram.
Anita mengangguk mengerti.
"Bram ..."
Anita memegang kakinya. Dia memasang ekspresi seperti tengah menahan sesuatu.
"Kenapa?" tanya Bram.
"Kakiku kram, aku ingin membilas tubuhku," ucap Anita.
"Lalu?" Bram tampak bingung.
"Gendong aku ke kamar. Aku akan membilas tubuhku di sana. Di sana aku bisa langsung mengganti pakaianku," ucap Anita tersenyum.
Bram tersenyum dan menggendong tubuh Anita. Anita memeluk leher Bram.
Bram membawa Anita menuju lantai atas di mana di samping kamar yang Clara tinggali saat ini adalah kamar untuk Anita.
Anita menahan tubuh Bram, membuat Bram menghentikan langkahnya.
"Aku ingin kamar yang ini," ucap Anita menunjuk kamar Clara.
"Hm ..." Bram membawa Anita masuk ke kamar Clara.
Clara tampak terkejut ketika melihat Bram masuk sambil menggendong Anita.
"Keluar!" perintah Bram pada Clara.
Clara mengerutkan dahinya.
"Kamu salah kamar. Ini kamar Anita, kamu bisa ke kamar lain," ucap Bram.
Tanpa mengatakan apapun Clara keluar dari kamar itu setelah mengambil tasnya.
Clara masuk ke kamar yang seharusnya menjadi kamar Anita. Dia melihat setiap sudut kamar itu. Kamar itu lebih kecil dari kamar sebelumnya. Dia melihat kamar mandi, dan di sana tak ada bathup seperti kamar sebelumnya.
"Menyebalkan!" geram Clara.
"Clara!"
Clara mendengar suara Anita memanggilnya. Namun, dengan cepat Clara menutup pintu kamarnya dan mengunci pintu itu. Dia mengambil ponselnya dan membuka audio musik. Dia menyetel volume paling besar dan dia ikut menyanyikan lagu tersebut. Kini, di kamar itu tampak berisik dengan suara musik dan suara Clara tengah bernyanyi.
"Biarkan saja! Memangnya aku peduli?" kesal Clara.
Clara melanjutkan kegilaannya. Dia tak ingin berurusan dengan Anita. Wanita itu benar-benar menyebalkan. Menyusahkan dirinya. Dan gilanya, Bram pun ikut menyusahkannya. Hari libur yang seharusnya menjadi hari menyenangkan baginya, tetapi justru menjadi hari yang menyebalkan.
Jam makan malam.
Bram dan Anita turun menuju meja makan. Mereka saling tatap karena begitu melihat ke meja makan tak ada satupun makanan.
"Apa-apaan ini? Apa pekerjaan asisten mu itu seharian ini? Apa dia tak masak? Apa dia pikir kita tak perlu makan?" ucap Anita.
"Hm ... Aku akan panggilkan Clara," ucap Bram.
Anita menahan tangan Bram, dia meminta Bram menunggu di meja makan dan dia akan memanggil Clara.
Bram membiarkan Anita memanggil Clara. Dia ingin lihat, apa yang akan Anita lakukan?
Bram mengetuk jarinya di meja, dia tersenyum simpul. Hari ini begitu menyenangkan baginya. Dan dia begitu menikmatinya.
Di lantai atas.
Anita mengetuk pintu kamar Clara. Namun, tak ada sahutan dari Clara. Anita mencoba membuka pintu kamar, tetapi pintu itu terkunci.
'Dia bertingkah sesuka hatinya. Seakan dia bukanlah asisten Bram,' gumam Anita. Anita kembali menghampiri Bram dan Bram tengah bersiap untuk memasak.
"Bram? Apa yang kamu lakukan? Apa kamu akan memasak?" tanya Anita.
Bram hanya tersenyum. Dia memasak menu dengan bahan yang sudah tersedia di dalam lemari es.
"Asisten mu keterlaluan, dia membiarkan mu tanpa makan malam," kesal Anita.
Lagi-lagi Bram tersenyum.
"Duduklah, aku akan masak sesuatu," ucap Bram.
Anita menurut, lagi pula dia tak bisa masak. Jadi dia tak bisa membantu Bram.
Tak menunggu lama, makan malam pun siap. Bram membuat dengan porsi lebih yang dia sisakan di tempat yang dia pakai memasak makanan itu.
Bram meletakan piring itu di meja, tepat di hadapan Anita.
"Hanya satu? Untukmu mana?" tanya Anita bingung.
"Kamu saja. Aku diet," ucap Bram.
Anita terkekeh. Lucu sekali mendengar Bram tengah diet. Dia yang seorang model saja masih berani makan malam makanan yang berat.
Anita memakan masakan Bram. Setelah itu dia izin tidur lebih dulu. Dia merasa lelah.
Sedangkan Bram mengambil laptopnya, dia membukanya dan melihat cctv Villa itu. Tampak semua sudut dari Villa itu terlihat di layar laptopnya. Dia mematikan cctv kamar Anita, tetapi tidak dengan kamar Clara. Dia memperbesar layar yang merekam bagian kamar Clara. Kemudian memundurkan waktu. Dia ingin tahu apa saja yang Clara lakukan di kamar itu.
Bram terkekeh melihat Clara berlari menutup pintu, kemudian mengunci pintu dan mengambil kunci itu. Clara tampak seperti orang gila melompat sambil mulutnya bergerak. Bram berpikir, sepertinya Clara tengah bernyanyi.
Bram mempercepat waktu, di mana kemudian Bram melihat pemandangan yang membuat sesuatu di bawah sana bergerak dengan sendirinya. Bahkan seketika menegang.
Bram masih menahan dirinya, dia memperhatikan gerak gerik Clara. Di mana Clara membuka pakaiannya satu persatu dan tersisa pakaian dalamnya. Clara dengan santai masuk menuju kamar mandi.
Lagi-lagi Bram mempercepat waktu, karena dia tak dapat melihat aktivitas Clara di kamar mandi. Dia memutar bagian di mana Clara mulai keluar dari kamar mandi sambil memakai handuk yang menutupi sebatas dada hingga pahanya.
Bram semakin menegang ketika Clara membuka handuknya di depan cermin dan terlihatlah bagian dada Clara. Bagian sensitif tubuh lainnya rupanya tertutup. Sepertinya, Clara sudah memakai pakaian yang menutupi bagian tubuh paling sensitifnya itu di kamar mandi.
Bram melihat Clara yang sepertinya tengah menatap tubuhnya sendiri di cermin.
"Apa-apaan dia?" kesal Bram dan menutup laptopnya.
Dia mengambil kunci candangan kamar Clara dan bergegas menuju kamar Clara.