Kerlap-kerlip lampu menerangi tempat ramai itu, semuanya menunggu di bangku ruangan, mereka bergembira dan penasaran oleh sesuatu yang akan mereka saksikan.
Di balik layar panggung, di ruangan tata rias, terpantul bayangan seseorang dari kaca, sesosok gadis berambut panjang, manis nan anggun. Ia sibuk mempercantik setiap helaian rambutnya dengan bunga mawar, serta baju tari yang membuatnya semakin cantik.
"Tintaaa, apa Tinta udah siap di minggu kedua ini?," tanya wanita paruh baya yang sibuk merapihkan baju tari.
"Hmmphh Bibi Yum teh suka sekali memanggilku Tinta!, itu bukan namaku tauu, memangnya aku sini spidol papan tulis apa?." rengek gadis itu disertai kedua pipinya yang menggembung.
"Ahaha, sudah-sudah, sana siap-siap. 10 menit lagi kamu maju lhoo," ujar wanita itu yang dipanggil dengan nama Bibi Yum. Dia adalah salah satu pengurus ruang rias sanggar tari di tempat itu.
"Semangat ya, Shinta," senyumnya sambil menepuk pundak gadis manis itu. Ya, gadis yang berdandan cantik tersebut namanya adalah Shinta.
Shinta membalas dengan senyuman khasnya, sambil berjalan menuju belakang panggung, dia berdoa dalam hati, semoga pementasannya hari ini bisa berjalan dengan lancar.
Shinta dikenal dengan putri tari tunggal di setiap pementasan pagelaran sanggar seni tari. Padahal dia baru 2 kali mementaskan penampilannya, tetapi dia langsung terkenal karna gaya tarinya yang khas dan kelincahannya.
Jari-jari dan pijakan kaki yang bergerak berirama, ia tampilkan didepan penonton. Sambil tersenyum percaya diri, dan terbawa suasana alunan musik tradisional.
Disaat musik berhenti, semua penonton berdiri dan bertepuk tangan serta bersorak riang, terkagum-kagum oleh penampilan sang gadis manis itu.
***
"Huufft akhirnya berjalan dengan lancar, hmh~ syukurlah~," gumamnya sambil menengok ke arah jam tangan.
"Wuah ternyata sudah semalam ini," kaget sambil berlari. Gadis itu langsung mengambil tas dan topi nya, ia juga berpamitan dengan Bibi Yum.
"Bii, Shinta mau pulang dulu yaa," ujarnya yang keluar dari ruang rias itu.
"Ehh bentar bentar!, kamu mau pulang sama siapa?, ini kan sudah malam. Di antarkan mas Rama aja ya, lagipun bibi pulangnya juga masih lama kok, nanti saya telfonkan Mas Rama ya?," ucap Bi Yum sambil mengetik nomor di ponselnya.
"Eh gak usah Bii, gausah hehe ngerepotin. Lagipun saya juga bawa sepeda kok Bi hehehe, udah jam 11 malam palingan Mas Rama udah tidur Bi," ucap Shinta sembari memegang tangan Bibi Yum.
"Hmmm, jangan gitu tooo, inikan hampir tengah malam, kalo dijalan ada apa-apa bagimana?," Bibi Yum mulai khawatir dengan Shinta. Shinta dari dulu selalu saja menolak, dia memang tidak suka merepotkan orang lain.
"Gapapa Bii, kalo ada yang macem-macem bakalan Shinta lawan kok Bii!, wuh Shinta kan jago silat, itung-itung olahraga cari keringat sambil berantem ahahaha," tawa nya gembira, dengan mengepalkan tangan.
"Mmm atau diantarkan mbak Dhea aja?, Bibi teh khawatir sama kamu Shin, ini udah malem soalnya," tawarnya lagi.
"Gak bi gapapa. Dadaah Shinta pamit pulang dulu ya," sambil mencium punggung tangan Bi Yum.
"Shintaa, Shintaa... kamu kuat sekali, setelah ditinggal wafat oleh nenekmu, apalagi kedua orangtuamu..., Hmm kamu ini mandiri, cantik, baik hati, semoga kamu bisa menjadi anak yang sukses ya Shin...," gumamnya didalam hati sambil menatap punggung Shinta yang perlahan-lahan menghilang.
Saat diperjalanan ia tak sengaja bertemu dengan sesosok laki-laki yang sangat familiar. Dia berusaha turun dari sepedanya, walaupun pikirnya itu adalah makhluk jadi-jadian. Karna sebenarnya, Shinta ini memiliki kemampuan yang tak biasa, dia sering sekali berkomunikasi dengan makhluk tak kasap mata. Apalagi disetiap jalan tadi, dia sudah liat makhluk-makhluk itu.
Dengan keberaniannya dia berhenti dan memanggil lelaki tersebut.
"Mas Ram!," teriaknya, tapi lelaki tersebut tak kunjung menengok ke arahnya. Detik berikutnya, lelaki itu menengok perlahan dengan sangat lemas, gerakkan kepalanya tidak wajar, 30% dari wajahnya sudah terlihat, dan ituu... benar apa yang hati Shinta katakan!. Dia mulai merasakan hawa mencekam, Shinta mulai Siap-siap mengangkat kaki kanannya, menekan pedal sepeda, dan...
WUUUSSHHH!!!!
"YA GUSTIIII AKU SALAH PANGGIL ORANGGG!!!!, SAMPURASUN WAHAI KALIAN SEMUAAAAAA!!!!, KULONUWUUNN!!!, MAAFIN SHINTA, SHINTA GA SENGAJA RUSUUHH!!!," teriaknya ketakutan, ia menggoes sepeda dengan terbirit-birit. Sampai dihalaman rumahnya, dia mulai kelelahan dan duduk di halaman rumah, nafasnya tak teratur, setelah beberapa menit dia bisa bernafas dengan lega. Rupa muka makhluk tadi benar-benar membuat Shinta jantungan!.
Tanpa melepas sepatu sandalnya, dia duduk dibangku depan rumah sedangkan pintu rumahpun belum dibuka, matanya mulai redup.
2 menit...
4 menit...
10 menit...
Plak...
"SETAAANNNN!!!," teriaknya lepas.
"hoi," celetuk orang dibelakangnya yang bersuara berat.
"Setan pergi jangan disini, tadi Shinta gak maksud manggil kamu, saya mau masuk kerumah, tapi btw kenapa ada setan yang berani ada di lingkungan rumah Shinta ya?...," bingungnya sambil menutup muka dengan kedua telapak tangan.
bugh!
"Bodoh," ujar orang itu. Yang mengepalkan tangannya dan memukul bagian atas kepalanya Shinta.
Shinta baru sadar dengan suara ini, suara yang dingin dan lebih mencekam dari penampakan tadi, anak tunggal Bibi Yum!.
"Eeerr, anuu," gumam Shinta tanpa menengok ke arah lelaki itu. Dia adalah Rama yang disebut bibi Yum saat Shinta hendak pulang tadi.
"Ck, kamu tau ini jam berapa?, aku nungguin lhoh dari jam 9 tadi buat ngambil data target pencak silat, dan ini udah berganti hari, lu malah baru pulang," geramnya yang memajukan wajahnya dan menatap Shinta yang tertunduk.
"D... d-da-data nya, sebenernya be-belum selese... maafin Shinta, Shinta dari sore sibuk buat pementasan," ucapnya gugup. Rupanya Shinta tak mau di antar pulang oleh Rama karna soal Data itu!, dia takut kena marah karna sebenarnya data tersebut belum ia kerjakan.
"Oh," Rama hanya mengeluarkan suara untuk 1 kata saja.
Dia menghembuskan nafasnya dengan sabar.
"Hufft, kamu habis dikejar apa?," tanya Rama.
"Gak usah dibahas!," tegas Shinta yang berdiri dari duduknya dan membuka pintu rumah dengan kunci yang diambil dari dalam tasnya.
Rama hanya diam saja dengan sikap Shinta kali ini, dia baru pertama kali melihat gadis itu menampakan raut wajah yang muram seperti itu.
"Data nya mana?, aku bantu sini, kamu tidur aja sana dah malem, nanti aku jelasin ke pak Deni," jelas Rama yang duduk di bangku depan rumahnya Shinta.
Shinta tak menjawab Rama, dia hanya mengambil lembaran kertas yang Rama minta.
Tanpa suara ia menyodorkan benda tersebut, kemudian ia hanya membalikkan badan. Dan masuk kedalam rumah tanpa menutup pintu.
"Shinta pintunya," celetuk Rama yang menatap tajam ke arah gadis itu.
Shinta tak bersuara sama sekali, padahal dia ini termasuk gadis yang sangat cerewet, dan periang.
"Shinta sini," ucap Rama yang menarik tangan Shinta dan keluar dari rumah.
Dia menatap mata Shinta, tatapannya itu terlihat kosong, tapi Rama tau Shinta masih sadar. Lelaki itu langsung membuka helaian rambut yang menutupi dahi Shinta.
"Cih!," geramnya sambil menggertakkan giginya.
Cuplikan part 2
Shinta melihat sosok pria mencurigakan, dia berpura-pura memperhatikan gerak gerik pria berjaket hitam tersebut!