Melihat bagaimana Gumara memperlakukan pasukan mereka layaknya mainan anak kecil, para Dubalang memutuskan mengejar dirinya sangat tak sepadan dengan kerugian yang ia timbulkan.
Tapi bukan berarti benteng ini membiarnya lepas begitu saja.
"Yang Mulia! Sepertinya aku tahu mengapa Dehset dan Nefret belum juga masuk ke dalam!"
Costancia memanfaatkan ketenangan ini untuk melapor pada kepala keluarganya.
"Mengapa? Gerbangnya udah sempurna terbuka kan?"
Ucapan gadis itu langsung memicut rasa penasaran Gumara, sementara itu Shanala kembali mengisi penuh energi si pemuda dengan menancapkan kuku-kukunya pada tubuhnya.
"Mereka bentrok tepat di Gerbangnya! Para Dubalang dengan perisai raksasa menghadang akses mereka pasukan kita untuk masuk."
"Ah… oke, sepertinya mereka cukup tanggap akan situasi semacam ini…"
"Perlukah kita memantu mereka?"
Permaisuri itu terdengar cukup cemas.
"Tidak, aku punya cara lai—"