Gumara berjalan di atas air, angankan melangkahkan kaki di taman bunga. Lancar… tanpa halangan, seakan melewati tanah tak berbukit.
"Kuatkan langkahmu Shanala, tetaplah maju dan jangan sekalipun menoleh ke belakang."
Shanala mendengar kata pemuda itu, ia terus berjalan melalui lika-liku air berlompatan ke sana kemari membawa Costancia di tangannya, mengikut sang seniman dan keagungan karyanya.
"Jegat mereka! Jangan sampai lolos!"
Seorang Dubalang yang terlewati laju Jembatan Garam meneriakkan peringatannya pada rekannya yang belum tersentuh oleh cahaya Gumara.
Sayangnya untuk sang kepala Ophiuchus, suara bergerak lebih cepat darinya. Dua orang Dubalang parisai pun melebarkan perisai berlian mereka di lorong tembok, memblokade jalan untuk dilaluinya melarikan diri.
Tak ada pintu lain, tak ada kelokan, satu-satunya akses yang ia miliki hanya lurus ke depan, dan ia tak akan membiarkan siapapun menghentikannya.
"Telanlah takutku dalam ombakmu"