*Tok!* *Tok!* *Tok!*
Suara ketukan pintu di pagi hari membangunkan ketiga pengelana itu dari tidur mereka yang lelap di atas kasur yang nyaman dan hangat.
"Tuan Gumara!"
Si pemuda Nefret dapat terdengar memanggil nama Gumara.
"Hm…? Iya…?"
Gumara mendudukkan dirinya dan menyahutkan jawabannya.
"Sudah pagi tuan, Datuk Iskandar menunggu kehadiran anda di lapangan strategi."
"Oh?"
Pelukis muda itu lekas menengokkan pandanganya keluar melalui dinding kaca yang berada di sisi timur kamar. Langit masih cukup gelap, untuk disebut pagi. Tapi jelas tanda-tanda mentari akan terbit sudah dapat terlihat.
"Katakan padanya kami akan segera datang."
"Dimengerti tuan."
Langkah pemuda Nefret itu dapat terdengar menjauh, meninggalkan ketiga pengelana untuk menyelesaikan urusan mereka.
"Cia, Shanala, bangun, Datuk Iskandar memanggil kita."