"Hmm teh Alea bilang kalau kita harus berkelana melalui kota-kota para Siska, ia juga telah menggambarkan garis-garis panah yang bisa kita ikuti."
Costancia dan Shanala saat ini berdiri mengapit Gumara, di saat pemuda itu tengah membuka lebar peta yang dipegangnya, agar mereka bertiga dapat melihatnya dengan jelas.
"Lalu garis yang berliku-liku ini apa?"
Si permaisuri bingung melihat eksistensi garis yang lebih kecil dan rapih ketimbang panah-panah yang digambar Sarma tua itu.
"Oh itu nya… itu mah jalanan atuh."
Jawab Shanala, tak sadar kalau kedua Pelukis yang bersamanya ini tak pernah melihat benda yang dimaksudkannya sepanjang hidup mereka.
"Jalanan?"
Mereka berdua pun menoleh pada gadis kucing itu, mengharap pencerahan darinya.
"Enya, itu… yang ada di sana."