Dengan gairah yang kian memuncak Gumara segera berlari dan menabrakkan dirinya pada Ruh Alam itu, menghantamkan dirinya ke lantai. Sementara Costancia mengikutinya di belakang, sama hausnya.
Kedua pelukis itu mulai melakukan hal-hal liar dengan penjaga Taman Surga ini, dengan hasrat yang kian ganas, hingga seisi ruangan bawah yang mereka singgahi serasa dihuni oleh ratusan orang, dipenuhi suara-suara lantang yang bergema hebat.
Tak hanya keelokan wujudnya yang kian menghipnotis, tubuh gadis itu juga memancarkan aroma pekat yang efeknya bahkan lebih menggiurkan ketimbang memakan buah hodor.
Seisi tempat ini bahkan terguncang karena kegilaan mereka.
Setelah Gumara pertama kali mengalirkan energi kehidupannya ke dalam tubuh sang penjaga, cairan-cairan yang harumnya jauh lebih merangsang lagi dari aroma tubuh gadis itu, mulai mulai bocor dari lidah, kemaluan, puting susu juga ketiak si gadis.