Oleh: Manggala Kaukseya
Selagi Ghanimah berjuang di dapur dengan segala bakat dan kemahirannya, anggota tim lainnya termasuk aku dan Lalita kembali ke kamar kami masing-masing.
"Kak Mang, mau mandi tidak? Airnya tadi baknya tadi aku kosongin sebelum berangkat."
Gadis itu membuka pintu kamar inap dan menaruh tiap barang beliannya di samping lemari pakaian.
"Boleh, bahkan dengan tubuh yang endemik gurun ini, panas di sini masih membuat keringatku mengalir deras."
"Oke! Kunyalain ya kerannya~"
Lalita berjalan dengan riang menuju bak kecil yang tertempel di samping jendela yang memandang keluar.
Ia juga menutup gordennya untuk menjaga privasi kami dari para Kaoma di luar. Aku tak tahu apakah para putra-putri Kaos bisa merasa ketertarikan dengan manusia layaknya Sarma, namun saat ini kami sedang di tubuh kaum mereka.
"Gurun oh gurun..."
Aku mempreteli tiap helaian kain yang kukenakan ke lantai satu demi satu dan melompat pada kasur sutra kami.