Oleh: Manggala Kaukseya
Tiap-tiap dari kami telah selesai bebersih, baik itu raga ataupun pakaian kami. Sang Mentari telah pergi menenggelamkan dirinya sementara Sang Bulan sudah tampak benderang melukiskan diri di atas Langit.
Ini bukanlah malam yang gelap, karena tempat kami bernaung dikeliling oleh cahaya rembulan dan api Phoenix yang melingkar mengitari. Tapi ini pertama kalinya aku berada di alam liar pada jam-jam segini.
"Kakak deg-degan gak kak?" Lalita memandang ke arahku, antara dirinya bergairah untuk bermalam di tempat ini, ataukah berselimutkan rasa takut, kedua ekspresi itu bercampur aduk di wajahnya.
Kami berdua terduduk di depan kemah kami, menyantab makan malam yang menjadi porsi kedua dari katering yang dibawakan kereta Talaria.
"Sedikit… mungkin aku akan lebih tenang jika para Uhndak tak menyerang kita tadi siang."