Oleh: Manggala Kaukseya
Aku dan Lalita pergi menemani Lavani dan Lavanya memasangkan tembok dari kumpulan perisai Phoenix untuk melindungi kemah kami.
"Oiya Ni, Nya waktu Kak Amartya dating pertama kali, Beliau bikin dinding perisai yang luasnya 2 kali lipat Tembok Utara!"
Dengan girang dan antusias Lalita bercerita. Sementara kedua kakaknya sibuk memantrakan sihir Phoenix mereka.
"Hah!? Tembok Utara Markas?"
Entah mengapa Lavani terlihat kesal mendengarnya.
"Iya!" Lalita menjawab dengan kian nyaringnya, aku bisa merasakan panas semangatnya yang kian membara.
"Ngigo apaan kamu!? Tembok sepanjang dan setinggi itu, mana mungkin!" Lavani terdengar membentak, tapi tangannya masih fokus memantrakan perisai-perisai Phoenix.
"Lalita gak boong kok, aku juga ngeliat sendiri."
"Serius kak? Kalian gak lagi mainin aku kan!?" Kini amarah Lavani berubah menjadi rasa bimbang.
"Kecewa aku Ni, kukira kamu percaya sama aku…"
"Ih bukan begitu kak!"