Oleh: Manggala Kaukseya
Perburuan pun dimulai, para Waraney membuat beberapa regu dari kelas yang sama. Wengkow dengan Wengkow, Santi dengan Santi, Ina dengan Ina dan seterusnya.
"Apa tak apa kita gak ngebantuin mereka kak?"
Lalita bertanya padaku, namun senyuman di wajahnya menggambarkan dengan jelas kalau dia tak sedikitpun ragu pada rekan-rekan Waraneynya.
"Tentu saja, monster lemot ini tak akan menang melawan 100 lebih Genka yang terkenal atas kelincahan dan kecepatannya."
"Baiklah~ lalu… kenapa Lavani sama Lavanya cuman diem aja?" Gadis itu menoleh pada kedua kakaknya dengan tatapan penuh sindir.
"Dih! Kita ini lagi menunggu waktu yang tepat, tugas kami kan cuman menyembuhkan!" Bentak Lavani pada adik bungsunya.
"Alah alah… kalian kan masih bisa nyerang, buat apa dikasih sihir api sama Phoenix kalo gak digunain." Nada Lalita terdengar semakin nyolot.