Oleh: Polar Muttaqin
Sebuah kubah jingga bertahap melebar keluar, menandakan wilayah dari Tarian Kupu-kupu Api. Atmosfir did alam menjadi kian merah, seakan langit tiba-tiba ditimpa gerhana darah.
Lalita serentak menggapai kedua pistolnya yang sebelumnya berputar kencang di sebelahnya, dan sepasang senjata itu kini kian panas, asap putih mengebul kian pekatnya dari mereka.
Mata jingga gadis itu menggemakan cahaya, begitu terang, dipenuhi api yang bergejolak hebat. Sementara seisi daerah disekitarnya diubah menjadi siluet. Langit biru, dedaunan jingga, batang-batang coklat pepohonan, kini semuanya bagai sebuah lukisan yang hanya dilukis oleh 2 warna.
Hitam dan merah darah.
Lalita menarik kedua senjatanya, langkah demi langkah membuat gerakan tarian dengan pistol yang arah pada tiap-tiap musuhnya, tapi tak satupun peluru tertembak. Gadis itu hanya dengan anggunnya berdansa di tengah dunia monokromatik ini, menyisakan bayangan api tiap kali ia berpindah gerakan.