Oleh: Polar Muttaqin
"Dingin… rasanya… dingin…"
Bayangan pepohonan meneduhi raga Ghanimah yang saat ini terbaring di tanah, begitu sulit digerakkan tanpa anggota tubuh yang sempurna.
Angin musim gugur terus berhembus dingin, kian mengelus tiap luka yang dimiliki gadis itu. Ia terus kehilangan darahnya, bahkan tubuhnya mulai terasa begitu dingin baginya.
"Aku harus… koagulasi…"
Secara paksa, Ghanimah membekukan darah dan luka-lukanya, ia tak boleh lagi kehilangan sedikitpun cairan merah kental itu.
Rasa sakit menyiksa keras tiap sisi badannya, tapi ia terlalu lemas untuk bisa berteriak, menangis ataupun merintih karenanya. Tempat ini tak nyaman sama sekali, namun begitu berat rasanya, ingin dirinya terlelap dan menutup matanya.
"Papa… mama…"
". . ."
"Devan…"
Suhu tubuhnya terus menurun begitu pesat, bahkan setelah ia membekukan bahu dan pahanya yang kini tak lagi terhubung dengan anggota geraknya. Setiap emosi yang ia miliki perlahan mati, yang tersisa hanyalah pedih perih.