Oleh: Polar Muttaqin
"Pandanganku bersih, tak terhalangi, perlu kah kutembak sekarang?"
Jarak mereka dan penyihir Kaos sudah lebih dekat dari 200 meter. Tiap-tiap dari mereka sudah mengeluarkan senjata mereka, dan terus terjaga memperhatikan sekeliling. Para Suanggi masih belum juga menampakkan batang hidung mereka.
"Tembak kapanpun kamu mau, tapi jangan buat gerakan membidik."
"Dimengerti."
Devan pun memasukkan peluru teringan yang ada di arsenalnya. Ia tak ingin ada satupun suara yang sampai di telinga Uhndak itu, walaupun pada nyatanya pelurunya jauh lebih cepat dari kecepatan suara. Informasi tentang makhluk-makhluk kerdil ini, ataupun para Suanggi, masih terlalu sedikit untuk Devan menentukan keputusan terbaik pada saat itu.
"Aku siap."
"Lakukan!"
Dengan telepati logam komunikasi Manggala memberi perintah pada Devan. Dalam sekejap Istinggar Waraney itu mengangkat senapannya dan menembakkan pelurunya, tak ada mata normal yang mampu melihat betapa cepatnya gerakan itu.