Oleh: Polar Muttaqin
Perlahan langit semakin kian mengelam, dan para Taanji berbaris jauh di depan Tembok Utara markas cabang Kaput. Tiap-tiap monster di sana berwarnakan hitam dan merah maroon. Menandakan mereka semua berelemenkan Kaos.
"Mang gimane? Ruwet bat kagak?" Asger bersorak dari bawah tembok dengan lantangnya, mengingat tembok ini bertinggikan lebih dari 6 meter.
"Aih Bang, aku ngeliatnya aja pingin mual rasanya!"
"Terus lo mau ngapaen?"
". . ."
Manggala termenung mendengar pertanyaan itu. Jujur ia benar-benar bingung langkah apa yang harus diambil saat ini. Jumlah musuh terlalu banyak, dan ia terus terngiang ucapan Nyonya Austra tentang kesepakatan dengan Pohon Kaos.