Oleh: Manggala Kaukseya
Setelah percakapan kami dengan Nyonya Austra, kami segera beranjak kembali ke markas. Karena ya… seaman-amannya tempat ini, kalau tiba-tiba para Taanji berkumpul kami tak akan bisa keluar.
Perjalanan pulang kami untungnya tidak separah saat pergi tadi. Tentu, memang terdapat banyak Taanji sepanjang jalan, namun kami bisa kembali sebelum mentari terbenam.
"Menurut kalian 'tak lama lagi' itu seberapa lama?"
"Tak tahu, tapi yang jelas, kita harus secepat mungkin melapor pada Hebi agar ia bisa menyebarkan berita ini pada tiap anggota tim di sini."
Kami langsung bergerak menuju gedung cabang untuk mencari si Melati. Tapi bahkan sebelum kami sempat memasuki gedung itu, kami sudah terlebih dahulu menemukan dirinya.
Hebi sedang duduk di atas kursi kayu di depan dapur, mematung, dengan senyum lebar terpasang diwajahnya, dan matanya tampak kosong seakan pikirinnya tengah melayang-layang.
"Bi! Hebi!" Ia benar-benar terlepas dari realita.