Oleh: Ghanimah Himesh
Angin berhembus sendu, dunia ini terasa begitu hening. Satu-satunya suara yang bisa kudengar hanyalah roda kereta Talaria yang berputar sepanjang perjalanan.
Manggala terus memandangi jalan di depannya, berfokus pada kemana ia membawa kuda ini melangkah. Sementara aku terduduk di sampingnya, dihantui seribu pertanyaan. Kurasa ia tahu apa yang ingin kubicarakan dengannya, namun melihat matanya yang jelas berusaha mengeringkan dirinya agar tak berkaca-kaca, aku jadi merasa ragu untuk mengicaukan suaraku.
Tapi… jika aku tak mengutarakan isi segala kerisauanku, hal ini… justru hanya akan menambah beban di benaknya…
"Mang, tadi kamu kenapa?"
"Kenapa apanya?" Aku yakin dia tahu maksud pertanyaanku, tapi kalimat ini cukup logis mengingat banyak hal yang baru saja terjadi.
"Kok kamu panik sendiri pas tim 39 tumbang?"
"Panik? Hahaha enggak kok, aku cuma kaget aja."
"Mang…"
Wajahnya perlahan mulai melemas, ia sadar tak ada gunanya menahan hal ini dariku.