Oleh: Manggala Kaukseya
"Kak Mang! Kami datang untung menginap!" Lavani dan Lavanya mengetok pintu depan rumah tim 69, meminta izin untuk masuk.
Bang Asger pun mendatangi pintu dan mebukakannya. Di sana ia melihat kedua gadis itu tengah tersenyum kian cerah dan riang. Kecuali Lavanya tentunya, senyumnya akan selalu kecil, hangat dan manis.
"Mang bocah-bocah lo ni!"
Vhisawi itu lalu berteriak kencang memanggilku, mungkin suaranya bisa membangunkan tetangga kami, atau bahkan orang-orang di rumah sakit seberang.
"Ih bang! Aku dah dewasa tahu!" Pipi Lavani membuntal merah, merajuk pada bang Asger.
"Wih mentang-mentang udah kagak perawan sok gede." Dicubit dan digoyang-goyangkan lah pipi itu olehnya.
"!!!"
Cubitan bang Asger begitu keras, sampai-sampai merah di pipi itu menjadi kian pekat, seakan darah ingin melunjak keluar darinya.
"Yaudah masuk sono, Nona favorit lo pada lagi masak!" Ucap si Vhisawi seraya berjalan kembali ke kursinya di meja makan.