"Menikmati makananmu, Asak?"
Pemuda dengan jubah merah darah itu berhenti mengunyah, dia tidak lagi terburu-buru dalam memasukkan roti selai jeruk seperti sebelumnya. Asak sangat kenal dengan suara yang menyapa telinga, membuat dirinya mual dan ingin memuntahkan semua roti lapis selai jeruk yang sudah masuk ke dalam perut.
"Jangan ganggu aku, Tuan. Aku tidak ingin muntah hanya karena mendengar suara ataupun melihat wajahmu, " ujar Asak tak acuh seraya kembali menikmati roti lapis selai jeruk miliknya. Ayolah... suasana hati Asak sedang cukup buruk sekarang, dia tidak ingin si jubah satin menghancurkan acara makannya dan membuat hatinya makin buruk.
Pria yang berdiri di seberang Asak dengan jarak tiga meter itu terkekeh pelan, dia menarik turun tudung jubah satin dengan warna hitam. "Memang kamu pernah melihat wajahku, Asak?" tanyanya seraya duduk di batuan, meluruskan kaki yang Asak pikir itu tidak lebih panjang dari milik Irru sang ayah.