"Kamu harus merasakan semua mimpi yang aku dapatkan, Asak. Kamu harus menerimanya setimpal dengan apa yang terdahulu melakukannya kepadaku." Keok menatap datar wajah kebingungan Asak.
"Keok, demi semua pencipta yang pernah dipercayai oleh rakyat Negara Dikara, aku tidak dapat mendengar suaramu." Asak sungguh tidak tau apa yang dibicarakan Kek sekarang, telinganya tidak berfungsi secara baik, bahkan yang tadinya suara Keok sayup-sayup kini tersisa sepi.
BUM! Pukulan kosong tiba-tiba itu mengenai angin kosong, Asak sudah berpindah tempat sebelum dirinya terkena pukulan Keok. "Kamu memang bukan Azmata sekarang, Asak. Tapi nanti." Keok merengsek maju, mengejar Asak yang terus berpindah tempat.
Keok paham betul taktik Asak, pemuda bersurai pirang itu selalu mengincar titik buta lawannya. Taktik itu sungguh basi menurut Keok yang mengetahui cara kerjanya, dia hanya perlu tau titik buta itu sendiri agar bisa melihat pergerakan Asak.