Faya datang ke sekolah seperti mayat hidup. Lesu bukan main kayak nggak ada gairahnya.
Karna ini, hari pertama sehabis Faya jadian sama Agas. Semalaman Faya mengkhayal kalau Agas akan memutuskannya.
Faya memasuki kelasnya tanpa semangat. Tak ada sapaan pagi yang keluar dari mulut gadis itu seperti biasanya.
"Ehhh, pacarannya Agas datengggg." goda Ara sengaja.
Satu sapaan dari Ara berhasil mengalihkan perhatian teman-temannya.
Dara yang tadinya main hp jadi menoleh. Salsa dan Adin yang sibuk berbagi bekal jadi terhenti.
Kemal, Jojo, dan Baro yang sedang main kartu remi di belakang juga jadi bangkit.
Bahkan Yopi yang tadinya tidur, jadi mengangkat kepalanya sedikit.
Tapi abis itu tidur lagi.
Sementara Faya hanya mendengus, "Apaan sih."
Kemal menghampiri Faya. Cowok itu baru masuk setelah seminggu pergi liburan, jadi dia gak tau gosip hot terkini.
"Beneran di tembak Agas??" tanya Kemal.
Faya mencibir, "Mck, Gatau! Udah gausah nanyak-nanyak!"
Tentu saja mereka kaget. Faya kok jadi agresif gini. Biasanya Faya itu kalem.
Walau secuil...
"Lo kenapa Fey?" tanya Salsa.
"Agas ngapain lo??" tambah Jojo.
Faya menelungkupkan wajahnya di lipatan tangan. Setres sendiri dengan pertanyaan teman-temannya.
Masalahnya bukan ada di Agas, tapi di Faya. Gadis itu jadi parno semenjak di tembak Agas.
Parnok di putusin.
Tiba-tiba suara Yopi terdengar di telinga mereka.
"Mck, berisik! Tidur gue keganggu!"
Kemal menoleh dan mencibir sinis, "Tidur di surga sono biar tenang!"
Yopi melotot tajam. Sementara Kemal cengengesan, niatnya kan becanda.
"Damai brooo, pisss damaii." ucap Kemal memberikan pis ke Yopi.
Yopi memutar bola matanya malas, dan kembali tidur. Tapi kali ini, cowok itu pindah posisi.
Rebahan di space belakang kelas yang kosong. Di samping itu Baro sudah duduk di atas meja di samping Faya. Cowok itu menoel pelan kepala Faya.
"Diapain sama Agas?? Bilang sama gue."
Faya menegakkan kepalanya. Menatap Baro sebelum akhirnya mengadu.
"Gue pusing tau nggak. Semaleman gue gak tidur karna mikirin ini!" keluh Faya.
Jojo menyahut kepo, "Mikirin apa lo??"
"Mikirin Agas."
"Kenapa si Agas di pikirin?" tanya Salsa ikutan kepo.
"Ya namanya jugak abis si jedor pentolan sekolah. So pasti hati si Faya lagi berbunga-bunga. Mangkanya mikirin Agas semaleman." tutur Adin.
Kemal menyahut, "Sotoy lu Din!"
"Yeeee, rese lo! Tanyak aja sama si Faya, pasti bener. Iyakan Fey?"
Faya menggeleng pelan sebagai jawaban. Membuat teman-temannya semakin heran.
Dari belakang Dara menyahut dengan santainya.
"Si Faya takut Agas cuman main-main."
Ucapan Dara sukses membuat Faya terdiam. Tebakannya tepat sasaran.
Memang gadis tomboy itu jago dalam hal menebak situasi kondisi dan pikiran.
Parahnya, nggak pernah ada yang meleset tuh tebakan.
"Beneran Fey??" tanya Ara
Belum sempat Faya mengangguk untuk menjawab. Yopi keburu datang dan menggusur semuanya.
"Minggir minggir! Gue mau tidur."
Adin mengeluh karna terdorong lengan yopi yang guedekk. "Ahh Yopi rese dehhh!!"
"Yopi kampret! Ganggu ajee lo." tutur Jojo.
"Yop! jangan dorong-dorong gitu lahhh!!" teriak Kemal.
"Ehhh ehh yopiii aduhh." keluh Salsa.
Semuanya tergusur hingga abis, bahkan Baro di tarik turun dari meja. Di gantikan dengan Yopi yang duduk di sebelah Faya.
Ara merengek tak terima saat Yopi mengambil tempat duduknya.
"Yopi itu tempat duduk guee!! Ntar gue duduk dimana Yoppp?!"
Membuat Yopi berdecak sebal, "Mck, di blakang bisa! Gausah heboh!"
Seketika Ara menciut, namun ada rasa dongkol di hatinya. Faya yang melihat itu, langsung mengode Ara untuk menurut saja.
Usai itu, Yopi menoleh ke arah Faya. "Fey, usapin kelapa gue."
Faya tersentak sedikit kaget, dan langsung mengusap-usap rambut Yopi.
~~~
Kantin ramai dengan desas desus gosip girl Prime High. Setelah Faya duduk di kantin bersama temannya, desas desus itu semakin menjadi.
"Itu cewek yang di tembak si Agas??"
"Hooh, biasa aja kan. Gak ada woah woahh nya tu cewek."
"Cewek Agas yang baru biasa aja yah ternyata."
"Terlalu biasa nggak sih untuk Agas yang woahh."
Bukannya tenang, desas desus itu malah semakin membuat Faya insecure.
Kadang lisan orang-orang itu berpengaruh besar terhadap mental seseorang. Mangkanya! Punya cangkem itu di jaga yahh.
"Jangan di dengerin." ucap Dara santai sambil menyambar bakso Kemal.
"Woyy bakso guaaa nyett!" keluh Kemal.
"Mck, bagi! Pelit amat lo!"
Kemal mendengus sebal, "Elahh, kagak ada tenangnya gue makan! Dari tadi di comotin mulu!"
Faya dan yang lainnya tertawa lucu. Biasanya disinilah peran Adin sebagai emak mereka keluar.
Gadis itu menepuk pelan bahu Kemal, "Pesen lagi aja Mal. Gue bayarin."
Kemal yang mendapat voucer gratis makan bakso dari Adin senang bukan main.
"Serius kan Din??" tanya Kemal excited.
Adin mengangguk mantap. Dan Kemal langsung pergi untuk memesan lagi baksonya.
Sesaat setelah Kemal pergi, tiba-tiba pintu kantin khusus anak kelas 11 menjadi sorotan.
Apa lagi kalo bukan tim intinya Ivory yang memasuki kantin. Berjalan dengan gaya slomo ala drama korea.
Seluruh pasang mata tak lepas dari ke-5 cowok yang jadi idola sekolah.
Faya juga gitu, matanya tak lepas dari Agas yang sedang berbicara pada temannya sambil melirik ke arahnya.
Saat itu lah Faya merasa dunianya akan runtuh. Agas pasti akan memutuskannya. Tebakan Faya pasti benar.
Dan untuk itu, mental Faya sudah sangat siap!
~~~
"Cewek gue yang mana?" tanya Agas kelewat polos.
Tayler menepuk jidatnya sendiri, Agas begonya kelewat batas. Bisa-bisanya cewek sendiri gak hapal muka nya.
"Yang rambut coklat gelap." jawab Gibran.
Megan menatap Agas lama, "Inget Gas. To the point aja, jangan bertele-tele."
Agas menoleh ke arah Megan. Baru saja mendengar arahan dari Megan dan yang lainnya untuk memutuskan Faya.
Cowok itu melirik Faya yang sedang menatapnya. Rasa ragu jelas terasa di hati Agas sewaktu tatapan mereka bertemu.
Abay menepuk pelan bahu Agas, "Gas, kita di meja sebelah ya."
"Jangan lupa kata-kata yang udah gue kasi tau tadi." lanjut Megan.
Agas hanya mengangguk samar. Kemudian berjalan ke arah meja Faya. Hanya perasaannya, atau Faya menegang saat Agas berjalan ke mejanya.
Seisi kantin heboh bukan main. Mereka menantikan drama baru yang akan terjadi dengan excited.
Sementara Faya gemetar menyadari Agas yang sudah di depannya. Faya melirik sekilas teman-temannya yang terpaku.
"Mau ngomong bentar bisa?"
Faya mengangkat kepalanya. Menggigit bibirnya kuat-kuat. "B-bisa."
Agas menelan air liurnya susah. Haruskan ia melakukan ini??
Agas cuman gak tega ngeliat muka imut cewek ini. Terlalu imut untuk di sakiti.
"Aku---"
Agas menoleh sesaat ke arah teman-temannya yang memberi kode untuk Agas. Kode seperti mengatakan 'buruan putusin'
"K-kamu m-mau ngomong a-apa?" tanya Faya terbata.
Agas menghela nafasnya gusar. Enggak. Agas nggak sebrengsek itu. Dia nggak bisa.
Agas nggak tega..
"Nihh." ucap Agas menyodorkan ponselnya.
"Minta nomor WA. Biar nggak susah buat ngabarin ntar."
Faya mengerjapkan matanya berkali-kali. Bukannya mutusin, Agas malah minta nomor WA-nya.
Faya tersadar dari lamunanya, meraih ponsel Agas dan mengetikkan nomornya. "Ahh i-iyaa. Sinih."
Agas tersenyum kecil. Lelaki itu sedikit menunduk dan meletakkan tangannya di atas kepala Faya. Demi apapun, jantung Faya mau keluar dari tempatnya sekarang!
"Jangan dengerin mereka. You mean so much to me."
Ucap Agas dengan senyum manisnya.
BOOMMM!!
Seisi kantin ambyar. Padahal yang di bilangin si Faya. Tapi yang ambyar sekantin.
Sampai-sampai Gibran mengguncang badan Tayler gemas sangking gak kuatnya.
"Aaaaaaa Taylerrr! Si Agas kok bisa jadi sweet gituuuuu. Aaawwwww dedek gakuat bwanggg."
Tayler menepis badan Gibran yang menemplok ke bahunya. "Mckk! Awass ahh!"
"Agas kenapa sih? Kok dia gajadi mutusin tu cewek." sahut Abay dengan muka penasaran.
Hanya teman-temannya yang memasang raut kepo penuh tanya. Terutama Megan, cowok itu menatap Agas lama.
Sementara yang lainnya ambyar semua...