Aku bergegas meninggalkan ruang kerjaku. Aku tahu Agnes telah curiga dengan sikapku beberapa hari terakhir. Di rumah ia selalu memandangku dengan tatapan aneh dan aku berusaha untuk menghindar jika bertemu dengannya.
Aku telah sampai di depan gereja tak ada siapa pun hanya dua orang anak SMP yang tengah bermain di taman dan aku tak memperdulikannnya. Aku duduk di bangku taman dengan tatapan kosong. Aku masih mencari kalimat yang tepat untuk mengatakannya kepada Agnes.
"Kak."
"Agnes. Cepat sekali kau."
"Kakak, apa yang kau lakukan di sini."
"Aku ... aku ... duduklah."
"Ada apa kak, tidak biasanya kau mengajakku bertemu di sini."
"Hmm ... duduklah dulu."
"Kau baik-baik saja kan Kak?"
"Iya." Aku masih mencari kalimat apa yang harus aku katakan kepadanya.
"Kakak, kau melamun? Ada apa sebenarnya."
"Agnes, begini ..." aku memegang tangannya dan menatapnya. Agnes menatapku penuh tanda tanya, dahinya berkerut dan ia memicingkan sebelah matanya.