Jam menunjukan pukul 15.30 sore. Aku tengah berdiri di depan gerbang sekolah menunggu Adit yang tengah mengambil motor di parkiran. Aku memutuskan pulang bersamanya karena kejadian kepalaku terkena bola. Saat aku tidur di UKS tiba-tiba Adit datang. Dia terlihat sedikit panik, mungkin takut aku kenapa-kenapa. Aku terbangun karena ada suara bising dari langkah kaki Adit yang berlari masuk ke UKS. Dia bertanya bagaimana keadaanku dan aku menjawab sudah tidak apa-apa. Dia hanya mengangguk dan berkata untuk pulang bersamanya, dia sudah mengambilkan tas milikku. Dan tentu saja aku mau.
Sudah 10 menit aku menunggu, tapi Adit tak kunjung datang. Aku menghentakan kakiku kesal. Bukanya jarak dari parkiran ke gerbang tidak jauh, kenapa lama sekali. Tiba-tiba handphoneku berbunyi , ada telpon masuk. Aku mengambilnya dari saku rokku dan menekan tanda hijau di layar. Adit yang menelepon.
"Hallo, kenapa?". Aku bertanya padanya.
"Gue pesenin ojek online yah? kayanya gue belum bisa pulang, gue lupa hari ini jadwal gue latian ekskul futsal". Ucap Adit diseberang telepon sana.
"Ya udah oke deh, tapi ngga usah dipesenin ojeknya, gue bisa sendiri". Aku menghela napas pelan.
"Gue tutup ya teleponya". Aku langsung mematikan telepon tanpa menunggu jawabanya. Sedikit kesal, tapi mau bagaimana lagi.
Aku berjalan menuju halte dekat sekolah untuk berteduh karena cuaca panas. Aku duduk kemudia kembali membuka handphoneku, berniat memesan ojek online. Sebuah motor berhenti di depanku, dia membunyikan klaksonnya. Aku tidak memperdulikannya, tapi orang itu membunyikan klakson lagi, membuatku menoleh ke arahnya. Aku mengernyitkan dahi, Siapa dia?. Kutengok ke arah kanan dan kiri tapi tidak ada orang lain selain aku disini. Aku kembali menatapnya bingung. Dia membuka helmnya. Aku membelakakan mata.
"Gue anter pulang". Dia turun dari motor dan berjalan ke arahku.
"Hah? ". Aku terkejut dan bingung harus bagaimana.
"Gue anter pulang". Dia mengulangi ucapanya.
"Ohhh, ngga usah gueee-ee gue lagi nungguin temen". Entah mengapa aku berbohong padanya.
"Siapa? ". Tanyanya padaku.
"Anuuu gue lagi nungguin Adit, iya Adit". Aku menatapnya.
"Ngga usah bohong, Adit yang minta gue buat nganterin lo, dia lagi latian futsal gue tau". Dia melangkahkan kakinya kembali ke motornya.
Aku hanya bisa melongo.
'Hah Adit nyuruh Gamma nganterin Gue? Kok dia kenal Adit?'. tanyaku dalam hati.
"Ayo cepett". Dia memandangku sembari memakai helmnya.
"Seriusan disuruh Adit?". Tanyaku memastikan.
"Iyaaa beneran". dia menaiki motornya.
Aku mendekat, dia memberikan helm kepadaku.
Aku naik di atas motor Gamma, dia melirikku dari kaca spionnya. Memastikan apakah aku sudah siap atau belum. Setelahnya Gamma melajukan motornya membelah jalanan. Dalam perjalanan kami hanya diam. Akupun tidak tau harus memulai pembicaraan seperti apa. Kami baru kenal, benar-benar baru kenal. Emmm ya dia teman sekelasku tentu saja. Tapi kami tidak cukup dekat.
Gamma menanyakan alamat rumahku dan tanpa banyak bicara dan bertanya dia tau. Benar-benar tidak ada obrolan. setelah beberapa menit berlalu kami sampai. Gamma menghentikan motornya didepan gerbang rumahku. Aku turun dari motornya, melepas helm yang kupakai dan memberikannya kepada Gamma.
"Makasih". Aku menatapnya.
"Rumah lo disini?".Dia memandangi rumah tempat aku tinggal. Mengabaikan ucapan terimakasihku.
"Iya, kenapa?". Aku bertanya kepada Gamma.
Dan hanya dibalas dengan gelengan kepala. Aku hanya diam sambil masih menatapnya.
"Apa?". Dia menatapku balik
"Hah? engga kok itu , oh iya gue masuk dulu". Aku memalingkan wajahku, merasa gugup ditatapnya.
Dia tersenyum, aku melihatnya sekilas. Aku terkejut dia bisa tersenyum. Aku melongo dibuatnya. Aku bodoh sekali tentu saja dia bisa senyum, kan dia manusia sama sepertiku.
"Katanya masuk". Gamma memandangku bingung.
"Iya kok ini mau masuk, makasih ya bye". Aku bergegas lari masuk ke dalam rumah. Samar kudengar dia tertawa kecil ketika aku masuk rumah. Aku tidak tau apa yang lucu. Dari balik jendela kulihat dia melajukan motornya pergi. Aku masih memandang keluar jendela. Aku tersenyum, entah kenapa pipiku terasa panas.
'Aku kenapa?' tanyaku dalam hati.