Jam menunjukan pukul 10.25, Aku sedang duduk di bangku dengan earphone ditelingaku dan sebuah novel di mejaku. Sejak istirahat pertama tadi kelas kami jam kosong, sepertinya bukan hanya kelasku. Aku dengar semua guru sedang rapat membahas Ujian kenaikan kelas kami yang sebentar lagi akan diselenggarakan. Sebentar lagi aku kelas dua belas, tidak terasa waktu berjalan cepat sekali.
Caca dan Fara sedang pergi ke kantin membeli beberapa snack, aku tidak ikut sebab aku sedang membaca novel.
'lagi seru serunya nih'. Ucapku ketika Caca dan Fara mengajakku ke kantin. Mereka mendengus dan melangkahkan kakinya setelah bertanya ingin nitip sesuatu atau tidak. Yang kubalas dengan gelengan kepala.
Aku yang sedang fokus dengan novelku tidak sadar bahwa sedari tadi ada orang yang menatapku. Sampai orang itu menarik salah satu earphone dari telingaku. Aku refleks menoleh.
"Apasi!? ". Aku kesal sebab aku tidak suka diganggu saat sedang serius membaca seperti ini.
"Lo suka lagu ini?". Kulihat dia memasangkan salah satu earphoneku ditelinganya. Aku membelakakan mata terkejut. Kupikir yang menarik earphoneku kalau bukan Caca ya Fara. Tapi ini Gamma.
"Gue pikir orang kaya lo ngga suka lagu-lagu melow kaya gini". Dia duduk disebelahku dengan salah satu earphone yang masih terpasang ditelinganya.
"Yang bilang ini lagu kesukaan gue siapa?". Aku menatapnya bingung. Rasa kesalku belum hilang karena diganggu.
"Yakan biasanya, orang dengerin musik itu ya dengerin lagu kesukaannya". Dia menatapku polos.
"Gue nyalain lagu random, lagian gue ngga fokus sama lagunya, fokus ke ini".Aku berucap sambil menunjuk novel di mejaku. Dia hanya mengangguk. Memberikan hening yang membuatku sedikit canggung.
Aku berpura-pura kembali membaca novel didepanku ini. Padahal aku tidak bisa fokus, mataku diam-diam mencuri pandangan ke arahnya. Gamma terlihat tidak menyadari, dia terlihat fokus mendengarkan lagu yang masih berputar di earphoneku. Tiba-tiba dia bernyanyi pelan mengikuti nada dari lagu yang terputar. Membuatku menoleh ke arahnya. Tapi belum sempat aku bertanya apa dia suka bernyanyi, Caca dan Fara kembali ke kelas, mereka memanggil namaku. Membuatku menoleh ke arah mereka. Fara dan Caca terkejut sebab Gamma duduk di sebelahku dan berbagi earphone denganku.
Gamma yang merasa di perhatikan pun berdiri dari duduknya, kemudian memberikan sebelah earphonenya kepadaku. Gamma tersenyum kepadaku dan berlalu pergi meninggalkan tempat dudukku. Setelahnya, aku seperti tahanan yang diinterogasi oleh polisi, Caca dan Fara ingin tahu kenapa bisa Gamma bersamaku, ada hubungan apa aku dengannya. Aku hanya mengedikkan bahu, aku juga tidak tau kenapa.
Caca dan Fara memandangku curiga, tapi untungnya guru datang. Membuat Caca dan Fara berhenti bertanya kepadaku.
"Selamat siang anak-anak". Ucap bu Lisa kepada seluruh siswa.
"Siang bu". Jawab kami serempak.
"Ibu ada pengumuman,Hari ini kalian dipulangkan lebih awal karena rapat untuk ujian kenaikan kelas sedang berlangsung, dari pada mengganggu lebih baik dipulangkan saja kata pak kepala sekolah". Bu Lisa menjelaskan kepada kami. Aku tersenyum dalam hati, tentu saja merasa senang bisa pulang lebih awal.
Bu Lisa keluar dari kelas. Aku dan teman-teman bersiap untuk pulang kerumah. Aku memasukan novel dan earphone kedalam tas,lalu memasukan handphone ke dalam saku. Pukul 10.57 siang aku berjalan dari kelas menuju gerbang depan bersama kedua temanku tentu saja. Awalnya aku ingin mengajak Caca dan Fara pergi kerumahku, tapi mereka memiliki acara masing-masing.Kami bertiga berpisah dengan Caca sebelum gerbang depan sebab seperti biasa dia keparkiran mengambil mobilnya. Fara tidak perlu dijemput sebab rumahnya dekat, tinggal berjalan saja. Aku menuju halte depan sekolah, hari ini aku berniat naik bus.
Setalah menunggu sekitar 10 menit, bus yang akan kutumpangi datang. Aku naik dan duduk di kursi penumpang. Tidak banyak penumpang didalamnya, hanya beberapa anak dari sekolah yang sama denganku dan seorang wanita paruh baya yang membawa keranjang belanjaan. Aku duduk di dekat jendela. Bus melaju tidak terlalu cepat, membuatku bisa menikmati perjalanan ini sambil melihat keluar jendela. Bus menurunkan penumpang di halte berikutnya, kulihat wanita paruh baya tadi turun dan 2 orang siswa yang berasal dari sekolah yang sama denganku. Setelah itu bus kembali melaju seperti biasa. Tapi baru setengah perjalanan, tiba-tiba bus berhenti. Membuat para penumpang bingung. Sopir bus memberitahukan sepertinya bus mogok. Kulihat semua penumpang sedikit kesal. Aku menghela nafas kemudian keluar dari bus bersama penumpang yang lainnya.
Matahari terasa membakar kulitku saat aku keluar dari bus. Kulihat beberapa penumpang pergi dan beberapa berdiri dipinggir jalan bersamaku. Aku mengambil handphoneku berniat memesan ojek online, tapi belum sempat aku memesan, handphoneku mati kehabisan baterai. Aku mengumpat dalam hati. Sial sekali rasanya. Aku harus berjalan cukup jauh untuk sampai di halte berikutnya. Tapi mau bagaimana lagi, akupun berjalan kaki menuju halte berikutnya.
Baru 10 menit aku berjalan kakiku rasanya pegal, ditambah panas matahari siang ini membuatku makin malas untuk jalan. Rasanya kesal sekali. Sebuah motor berhenti di depanku, membunyikan klakson kemudian membuka helm yang dia pakai. Kulihat Gamma di depanku tengah memandangku.
"Kok pulangnya jalan kaki?". Tanya Gamma memberhentikan motornya dihadapanku.
"Iyaaaaaa". Ucapku malas, aku merasa sangat haus.
"kurang kerjaan banget,kaya ngga ada kendaraan aja". Gamma melajukan motornya kembali. Meninggalkanku pergi tanpa merasa bersalah. Aku mengumpat dalam hati, setidaknya dia bertanya apakah butuh tumpangan pulang.
Aku kembali melangkahkan kakiku kembali sambil berharap ada sebuah keajaiban. Kutengok kanan kiri tidak ada bus lewat. Benar benar sial. Kuputuskan untuk duduk sebentar di bangku taman yang ku lalui, karena kakiku rasanya sudah tidak bisa di ajak kompromi lagi.
Ada sebuah motor yang mendekatiku, motor yang sama, motor Gamma. Sekarang aku hafal. Dari suaranya saja aku sudah tau kalo itu Gamma. Dia turun dari motor kemudian memberikan sebotol air mineral untukku. Aku mengangkat sebelah alisku.
"Ngga ada racunnya kan?".Tanyaku bercanda.
Ku lihat dia tertawa.
"Gue kasih racun tikus tadi". Dia duduk di sebelahku. Aku tertawa dibuatnya. Aku membuka botol air mineral dan meminumnya sampai tersisa setengah. Gamma memperhatikanku, tentu saja aku menyadarinya. Aku menoleh ke arahnya dan bertanya dengan gerak tubuhku 'apa?'.
"Pelan aja minumnya, ngga bakal gue minta kali". Aku hanya mengangguk menanggapi perkataanya. Setelahnya kami hanya diam, aku tidak tau harus bicara apa. Gamma juga diam saja. Keheningan ini membuatku canggung. Semilir angin menerpa wajah kami berdua. Aku lihat langit menggelap. Tidak lama hujan turun. Aku pikir siang ini tidak akan hujan, sebab jelas sekali matahari seperti membakar kulitku tadi. Tapi tiba-tiba langit menjadi gelap kemudian hujan turun perlahan. Aku menutupi rambutku dengan kedua tanganku. Menoleh ke arah Gamma yang melakukan hal yang sama denganku. Gamma beranjak dari duduknya dan menarik tanganku. Aku refleks berdiri dan mengikuti langkah kakinya. Gamma membawaku ke motornya dan memberikan helm padaku.
"Gue anter, keburu hujan makin deres". Gamma menaiki motornya. Aku yang masih setengah sadar hanya mengangguk mengiyakan perkataannya. Aku naik ke motornya dan kami melaju membelah jalanan basah, dibawah hujan siang ini.