Langit sedang cerah berawan, sang surya tampak menunjukan diri diiringi suara kicauan burung yang menjadi nyanyian serta penyambut di pagi hari. Cahaya matahari pun menembus celah-celah yang terjangkau. Seperti biasa, irama pagi dan detak jantung kehidupan bermula bak prolog dalam sebuah cerita. Umumnya, banyak kegiatan yang dapat di lakukan di pagi hari apalagi dengan udara sejuk seakan mendukung berbagai kegiatan. Ada yang bekerja, ada yang ke sekolah untuk belajar atau tidur, para ibu-ibu rumah tangga yang menyempatkan diri untuk berbelanja di pasar, ada juga orang tua yang mengantarkan anaknya ke sekolah dan sebagainya. Dan seorang gadis terlihat tengah sibuk menatap cermin, tak berselang lama Ia menatap arloji bewarna Biru pemberian ibu-nya.
Hari ini Sabtu, tanggal 28 Agustus 2020, pukul 08:15 waktu Indonesia bagian Barat dan cerah. Seorang gadis yang mengenakan dress polos berwarna Apricot itu bernama Alana Al-yuhaq, kerap kali di sapa Alana. Ia mengenakan jepitan rambut yang senada dengan dress hingga kesan cantik dan manis tampak dari dirinya. Alana terlihat menghela napas ketika mengetahui pukul berapa saat ini. Ia kembali duduk di depan meja hias sembari menatap cermin di depannya. Memulai rutinitas yang biasa para gadis lakukan, apa lagi kalau bukan untuk menunjang penampilan.
Make-up
Setidaknya, memperbaiki penampilan bukan hal yang buruk untuk dilakukan ketimbang menunggu hingga mendatangkan kebosanan. Alana memperhatikan beberapa alat penunjang kecantikan dari brand ternama miliknya. Layaknya kebanyakan gadis, Alana kerap kali mengoleksi beberapa produk kecantikan secara tak tanggung-tanggung, untungnya secara finansial kedua orangtua nya berkecukupan. Mengingat ayah-Nya seorang dokter spesialis kulit dan ibu-Nya yang memiliki sebuah butik di pusat kota.
Foundation, concelor, liptint, mascara, eyeliner, sunblock, ahhh lipgloss.
Akhirnya, pilihan Alana jatuh pada lipgloss, Ia membuka penutup lipgloss tersebut kemudian mulai melakukan ritualnya.
"AYAH!! KAK LANA LAGI MANJAT JENDELA, DIA MAU KABUR DARI RUMAH!!"
Bayu, adik laki-laki Alana berteriak di ambang pintu kamar. Alana tersentak diiringi keterkejutan oleh teriakan Bayu hingga tak menyadari lipgloss-nya melewati garis bibir. Beberapa detik kemudian, Alana sadar apa yang baru saja Bayu teriakan.
Tak berselang lama, ayah muncul dan terengah-engah, sambil menormalkan pernafasan matanya mencari-cari dengan ingin tahu. Ayah menghela napas lega saat dia menemukan Alana yang cemberut. Sedang Bayu, tak usah di tanya lagi, Ia sudah lama pergi, Anak itu sepertinya mencari tempat berlindung dari amukan singa betina.
"Anak sialan itu berbohong" gerutu Alana
"Ayah pikir kamu memang kabur" keluh ayahnya sambil mengelus dada seakan menyiratkan betapa leganya Ia ketika masih menemukan Alana.
Alana memutar matanya dengan jengah "Kenapa aku harus kabur dari rumah ? Ayah lihat sendiri kan aku ada."
Ayah melangkahkan kakinya ke kamar Alana, seolah Ia tidak percaya akan ucapan anak gadis-nya. Ia berjalan kearah jendela, memastikan bahwa tidak ada hal aneh yang akan Alana lakukan, Sedangkan Alana hanya menatap ayah nya sambil menggelengkan kepala beberapa kali, terheran akan tingkah laku ayahnya yang terlalu berlebihan menurut Alana.
"Apa ayah pikir akan ada tangga atau tali disana?" Tanya Alana sambil melirik ayahnya.
Terlihat senyum malu-malu yang terpatri di wajahnya, berarti tebakan Alana kelewat benar.
"Tepat sekali, tapi ayah tak menemukan tali ataupun tangga. Jangan salahkan ayah yang menaruh curiga, kamu bukan tipe anak yang penurut, jadi ketika ayah mengatakan akan mendaftarkan kamu di SMA berasrama, kamu sangat patuh, itu sedikit aneh" Jelas ayah Alana dengan panjang lebar.
"Apa aku harus memberontak? Percuma, pada akhirnya ayah akan memaksa, lagi pula aku tidak memiliki alasan untuk menolak dan melakukan pembelaan" Alana pasrah akan keputusan ayahnya yang akan mendaftarkan Ia ke sekolah berasrama. Ia tak punya pilihan lain untuk melakukan pembelaan. Lagi pula apa yang telah di gariskan pada takdir tentu akan menjadi sebuah kenyataan.
Lipgloss
Alana mendengus, Ia baru teringat akan lipgloss-nya yang sudah keluar dari garis bibir. Kemudian Alana menatap kearah cermin, mencoba membenahi make-up-nya.
"Ayah menganggu waktuku, sana keluar" gerutu Alana, sebenarnya tak ada niatan untuk mengusir ayahnya, hanya saja kali ini Ia butuh waktu menyendiri, pikirannya bergumuruh waktu ini, namun Ia tetap memaksakan diri untuk terlihat baik-baik saja.
"OK!! ucapkan selamat tinggal pada kamar kesayanganmu" Ucap ayah seakan menggoda Alana dengan mengerlingkan mata sebelah kanan. Langkah demi langkah ayah nya menjauh, Alana menatap punggung ayahnya yang berjalan menjauhi kamarnya hingga tak terjangkau oleh pandangannya lagi. Setelahnya, Alana menatap kamar yang telah ditempatinya selama 9 tahun belakangan. Kamar benuansa putih, dengan tempat tidur ukuran single, dan sebuah jendela yang akan menyajikan pemandangan indah di depannya. Kini terlihat sepi tak seperti sebelum-nya dimana banyak sekali poster-poster boyband K-pop, EXO, BTS, diva dunia dll yang memenuhi dinding kamar Alana. Tak ada lagi wallpaper dinding bermotif Pororo yang menghiasi dindingnya, ah… mengenai Pororo Ia jadi teringat akan adiknya, Bayu. Sebenarnya Alana tidak menyukai wallpaper dinding bermotif Pororo, namun karena adiknya memaksa. Mengingat tentang poster Alana jadi teringat akan sahabat-sahabatnya . Dulu Ia sering ke mall dengan sahabat-sahabatnya hanya ingin sekedar membeli poster terbaru, jikapun uangnya tidak cukup terpaksa hany melihat saja. Sayang, kali ini tak akan bisa lagi, karena Ia akan sekolah dengan sistem asrama yang akan membuatnya pulang enam bulan sekali. Mengenai sekolah baru Alana bahkan tak perduli, bertanya pun tidak perihal sekolah yang akan di tempati nya selama tiga tahun mendatang. Entah itu di pulau terpencil, melewati hutan, sungai bahkan lautan Alana tak perduli dan tak ingin tahu.
Sudah cukup Alana berperang dengan pikirannya sendiri sedari tadi, kini Alana memilih mengakhiri acara make-up-nya, Ia memasukan alat-alat penunjang penampilannya ke dalam tas kosmetik transparan. Kemudian, Alana berdiri menatap pantulan dirinya di cermin, Ia mengangguk seakan puas dengan penampilan nya kali ini.
Beberapa bulan yang lalu, wajah yang menatap di balik cermin itu terlihat angkuh bak ratu. Namun, faktanya sekarang hanya eksperesi datar nan dingin di raut wajahnya, hingga memunculkan kemisteriusan dalam diri Alana. Alana kini sedang mengecek dan memastikan bahwa tidak ada yang barang penting yang ketinggalan. Setelah yakin, Alana kemudian mengambil tas punggung bewarna hitam dengan gantungan pompom bewarna Abu-abu yang menjuntai di tas miliknya lalu bergegas meninggalkan kamar.
Sekolah berasrama hanya menambah daftar alasan wajah Alana berubah, setidaknya itulah pemikiran Alana. Tanpa Alana sadari seberapa besar perubahan yang sedang menantinya, yang membuatnya tak akan mampu melawan takdir yang telah digariskan.