Chapter 3 - Chapter 3

Suara benturan spatula dan wajan penggorengan terdengar sedikit berisik. Setelah direkcoki oleh bujukan menyebalkan dari Ervin, Rena akhirnya memilih mengiyakan dan langsung berjalan menuju dapur. Walaupun dengan dumelan yang tak pernah berhenti.

Sebenarnya ia dan Ervin sudah mengenal sejak dulu, hanya saja Ervin yang menyebalkan membuatnya memilih tak berurusan dengan cowok itu. Tapi sekarang, apa boleh buat. Prestasi Ervin di bidang bela diri membuat papi nya meminta bantuan pada Ervin untuk menjaganya.

Walaupun ia selalu menolak, papi nya pasti tak akan mau mendengarkan. Apalagi Ervin yang sudah beralih menjadi anak kesayangan papi selain bang Gilang.

Bicara soal Gilang, abang satu-satunya Renata itu kini tengah menuntut ilmu di negeri pamansam. Gilang tengah menempuh kuliah kedokterannya di salah satu universitas ternama di sana dan saat ini Gilang tengah bermain dengan s2 nya dan berjuang untuk mendapatkan gelar spesialis.

Karena itu, jika ada libur kuliah, Gilang lebih memutuskan berkujung ke rumah sakit rumah sakit besar di sana untuk menuntut ilmu lebih banyak lagi. Jadilah, Rena tak bisa leluasa bertemu dengan sang kakak, kecuali dirinyalah yang berlibur ke negara adi daya tersebut.

Hari ini Renata hanya menggorengkan dua potong ayam krispi untuk disantap Ervin. Ia tak mau terlalu merepotkan diri. Sedangkan Ervin, pria itu tertidur sesaat setelah Rena memutuskan berjalan menuju dapur.

Awalnya ia hanya ingin berbaring, namun rasa kantuk langsung menghampirinya membuat Ervin tertidur di sofa panjang di ruang tivi.

Renata sudah selesai menata piring dan mengambilkan nasi untuk Ervin lalu meletakkannya di atas meja makan. Setidaknya setelah ini ia bisa menikmati makanan yang tadi ia beli.

Setelah menata, Rena langsung berjalan menuju ruang tivi. Ia hendak berteriak namun segera ia urungkan saat netranya menatap Ervin tengah tertidur pulas.

Secara perlahan Renata melangkah tanpa menimbulkan suara. Ia berjalan sampai berjinjit dan langsung berjongkok mensejajarkan duduknya dengan kepala Ervin.

Ia menelusuri satu demi satu sisi wajah pria yang dianggapnya paling menyebalkan itu.

Renata dan Ervin hanya berjarak dua tahun. Ervin seumuran dengan Gilang. Mereka sudah saling mengenal sejak kecil. Namun berbeda dengan hubungan Gilang dan Ervin yang berjalan baik, hubungan Rena Dan Ervin selalu diwarnai kerusuhan dan keributan yang membuat orang tua masing-masing geleng- geleng kepala.

Bahkan kedua orang tua tersebut tak bisa saling menyalahkan, karena memang anak mereka selalu begitu. Saat Ervin tenang, Rena akan bersiap membuat cowok itu naik darah, namun saat Rena tenang, Ervin akan mengeluarkan ilmu mengganggunya agar Renata tak betah dan kehilangan mood hari itu.

Tapi karena hubungan mereka yang seperti itulah, Irman merasa aman jika Rena dijaga oleh Ervin. Karena Irman melihat ada hal dari masing-masing mereka yang tak bisa dilepas. Dan bagi Irman, Rena dan Ervin tak bisa dilepas, walaupun keduanya tak pernah akur saat bertemu.

Dan ucapan Irman terbukti. Semalam Ervin yang tengah tidur pulas, mau merepotkan dirinya untuk mencari Rena yang Irman bilang belum pulang. Dan sekarang, sekesal apapun Rena, ia tak akan tega melihat Ervin yang merengek meminta makan seperti tadi. Bahkan belanjaan Rena yang tadi capek-capek ia beli, ia biarkan saja diambil Ervin walaupun mulut cerewet Rena masih menghiasi pendengaran Ervin.

Balik saat Rena menikmati pahatan wajah Ervin, gadis itu melirik satu demi satu. Mulai dari bulu mata Ervin yang melentik, alis mata yang sedikit tebal, hidung yang tak terlalu besar namun mempunya batang hidung yang tinggi, serta bibir yang tak tipis namun tak juga tebal. Apalagi bibir Ervin yang berbelah membuat kesan sexy di bibir tersebut semakin terlihat.

"Lo polos kalau lagi tidur. Tapi kenapa menyebalkan saat bangun.." gumam Rena tanpa sadar.

Rena menopang tangan dilututnya lalu meletakkan kepalanya di sana. Ia membaringkan kepalanya tepat di atas lututnya.

"Kenapa lo nyebelin banget sih..?" ucap Rena sembari bertanya. "Kenapa hanya sama gue lo begini. Sama cewek-cewek yang lain lo lembut banget." Rena mengakhiri ucapannya. Ia memilih berdiri, "Makanannya gue bawain ke sini aja ya. Jadi saat lo bangun, lo bisa lihat langsung."

Rena berjalan kembali menuju meja makan dan membawa satu demi satu makanan yang tadi ia siapkan untuk Ervin dan meletakkannya di atas meja yang ada di depan Ervin. Setelah dirasa cukup, Rena kembali mengambil cemilan yang tadi ia pilih dan masuk ke dalam kamarnya.

*****

Bersambung...