Chapter 4 - Chapter 4

Suara dentuman pintu menjadi penanda kalau Rena sudah masuk ke dalam kamarnya, membuat Ervin secara perlahan membuka matanya dan menatap tepat pada pintu kamar Rena. Ia sebenarnya tak sepenuhnya tertidur. Ervin hanya memejamkan mata berharap bisa terlelap, namun kebisingan yang Rena buat di dapur, berhasil mengganggu Ervin sampai Rena mendekat padanya dan mendengar semua curhatan Rena barusan.

Ervin mengalihkan pandangannya pada makanan yang sudah Rena siapkan di atas meja kecil di depannya.

"Dan kapan lo bisa jadi gadis feminim dan tak barbar lagi Na.." gumam Ervin seraya kembali menatap pintu kamar Rena.

Ervin mendudukkan dirinya, lalu turun menuju karpet dan mendekat pada makanan yang tadi Rena siapkan.

"Bahkan lo masih ingat gue suka saus tomat." Lanjut Ervin saat melihat ada sebotol saus tomat di samping piring makan Ervin.

Ervin yang sudah lapar, memilih untuk menyantap makanan yang Rena buatkan untuknya. Ia menyantap makanan itu sampai habis dan hanya menyisakan tulang ayamnya saja.

Ervin membawa piring kotornya menuju wastafel pencucian piring. Ia membersihkan semuanya sampai bersih dan kembali berjalan menuju ruang tivi.

Ervin meraih ponselnya dan membuka media sosial. Menstalker Rena sudah menjadi keseharian Ervin. Entah kenapa ia suka mengikuti istagram gadis tersebut.

Ada satu postingan baru dari Rena, itu foto beberapa makanan yang tadi ia ambil dari bawah. Bahkan caption nya nyaris membuat Ervin tertawa.

HILANGIN STRESS DENGAN COKLAT DAN CEMILAN LAIN. KEKESALAN HARI INI BERKAT COWOK MENYEBALKAN.

Dan caption tersebut ditutup dengan emotikon kesal tiga buah.

Ervin hanya geleng-geleng kepala. Ia tak habis pikir Rena bisa membagikan hal menggelikan seperti ini pada media sosialnya.

Ervin kembali keluar dari akun tersebut. Baru saja ia ingin meletakkan ponselnya, sebuah dentingan tanda pesan masuk mengalihkan perhatian Ervin.

Ia melirik layar ponselnya dan mendapati nama Silva tertera sebagai sipengirim pesan. Silva adalah gadis yang selama ini selalu mengisi hati Ervin.

Ya, selama ini Ervin memiliki seorang pacar namun tak ada yang tahu. Sudah hampir setahun ia menjalin hubungan dengan Silva. Bahkan bundanya saja tak mengetahui itu.

Ervin membuka pesan tersebut.

Sayang, kamu dimana?

Ervin segera membalas tanpa menunggu waktu.

Aku di rumah Rena, Yank. Hari ini om Irman minta aku jagain Rena sebentar karena gadis itu lagi dihukum papi nya.

Silva : Oo.. aku pikir dimana, soalnya aku kerumah kamu tapi sepi.

Ervin : Kamu kerumah? Ngapain?

Silva : tenang aja sayang. Aku dari jauh aja kok. Cuma sepi kayaknya.

Ervin : Iya. Bunda lagi pergi.

Silva : Aku kangen...

Ervin tanpa sadar tersenyum membaca pesan kiriman dari sang kekasih. Dan tanpa sadar juga, Rena keluar dari kamar dan melihat senyum manis Ervin yang tak pernah ia dapatkan.

"Senyum sama siapa tu cowok?" gumam Rena bertanya.

Sadar dengan kehadiran Rena, Ervin langsung berdiri dan mendekat pada gadis tersebut.

"Ren.." panggilnya. Rena yang hendak menuju dapur untuk mengambil minum, langsung menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap Ervin.

"Ya?" jawab Rena singkat.

"Gini. Kali ini gue mau minta bantuan sama lo.." ucap Ervin membuat Rena mengernyitkan keningnya.

"Apaan sih?"

"gghhm.. gini, gue ada perlu sebentar. Gue mau nemuin seseorang dulu sebentar. Gue minta kerja sama lo di sini. Jangan keluar rumah ya." Pinta Ervin memohon. Ia ingin menemui Silva sebentar saja dan berjanji akan kembali ke rumah ini lagi.

Mendengar permintaan Ervin, Rena langsung bersorak dalam hatinya. Ini kesempatan bagus baginya untuk keluar setelah Ervin keluar. Namun mengiyakan langsung akan membuat Ervin curiga. Ia menatap Ervin dengan tatapan kesal yang dibuat-buat, "Emang lo mau kemana? Papi pesen kan lo harus jagain gue.." ucapnya dengan jutek bohongannya.

"Iya gue tahu. Tapi kali ini aja, gue ada urusan sebentar. Gue janji bakalan balik lagi kesini."

"Tapi kalau nanti papi pulang dan nggak ada lo?"

"Gue pastiin semua aman, asal lo nggak keluar juga."

Rena berpura-pura berpikir. "Oke. Tapi dengan satu syarat..."

"Apa?"

"setelah pulang dari nemuin teman lo, lo harus temenin gue ke mall. Gue mau beli sesuatu.."

Ervin langsung mengangguk pasti. " Gue bakal balik lagi. Gue bakal temenin kemana lo mau pergi nanti."

"Oke. Lo boleh pergi.." ucap Rena memberi izin.

Ervin tersenyum bahagia saat izin dari Rena ia dapatkan, "Makasi ya. Gue pergi dulu..gue janji nggak bakalan lama."

"hmm.." gumam Rena membalas.

Ervin langsung berlari keluar, diikuti oleh Rena secara perlahan dari belakang. Gadis itu ingin memastikan Ervin benar-benar pergi. Setelah mobil Ervin menghilang, Rena langsung bersorak merdeka. Ia langsung berlari menuju kamarnya dan langsung berganti pakaian. Ia ingin menemui Dinar. Ingin meminta penjelasan pada mantan kekasihnya itu apa benar Dinar serius memutuskannya.

Setelah selesai memoles dirinya dan mempercantik penampilan, Rena langsung memesan taxi online. Tak menunggu lama, taxi yang ia pesanpun datang. Setelah memastikan rumah terkunci, Rena pun langsung berlari menuju taksi dan pergi. Ia bermaksud ke apartemen Dinar.

Setengah jam pun berlalu, taksi yang Rena pesan tadi akhirnya sampai di depan apartemen mewah di tengah kota. Setelah membayar tunai, Rena pun turun dan masuk ke dalam.

Ia menaiki lift untuk sampai di kamar Dinar yang ada di lantai delapan. Setelah sampai, ia segera berlari dan berhenti di sebuah pintu bertuliskan 341. Menghembuskan nafas pelan, Rena mulai merapalkan doa nya sebelum ia menekan password apartemen Dinar.

Beruntung, Dinar belum mengganti password nya. Sehingga Rena bisa dengan mudah masuk ke dalam.

Setelah pintu terbuka, Rena segera berlari ke dalam, namun langkahnya terhenti saat ia melihat ada seorang perempuan sebaya dengannya tengah memasak. Bukan itu yang menjadi pertanyaan Rena, tapi pakaian perempuan tersebut.

Piyama handuk? Rena kembali menatap tajam handuk yang meliliti rambut perempuan itu. Baru Rena ingin melangkah, ia kembali terhenti saat Dinar keluar dari kamarnya.

Apalagi ini?

Dinar hanya mengenakan handuk?

Emosi Rena langsung naik sampai ubun-ubunnya. Ia berlari kencang mendekati perempuan yang tengah memasak itu, dengan cepat tanpa bisa ditahan, Rena langsung menarik si perempuan hingga terjatuh.

"Rena!!!" teriak Dinar yang langsung berlari.

"Lo! Lo pelacur sialan. Apa yang lo lakuin di tempat cowok gue.!" Teriak Rena penuh emosi. Ia menjambaki wanita tersebut tanpa ampun. Bahkan Rena berhasil menarik piyama bermotiv tersebut membuat tubuh sang wanita yang tak memakai apa-apa di dalam sana langsung terekspos.

Dinar yang sudah sampai langsung menarik Rena kuat kebelakang membuat gadis itu terpental sejauh dua meter kebelakang.

"Lo apa-apaan !!!" Teriak Dinar.

Rena tak menjawab. Matanya sudah memerah menahan amarah dan air mata. Apalagi saat ini ia melihat Dinar tengah merapikan handuk wanita pelacur itu.

"Nggak apa-apa sayang?" tanya Dinar pada wanita yang tadi di serang Rena. Membuat Rena mematung seketika saat ia mendengar panggilan sayang yang Dinar lontarkan pada Wanita itu.

"Sayang?" gumam Rena tajam.

Dinar langsung memutar tubuhnya kebelakang. Menatap Rena tajam bahkan rasa ingin menghabisi Rena sangat menggebu-gebu sekarang.

Dinar berjalan mendekati Rena, tanpa rasa kasihan, ia menjambak rambut Rena kuat, memaksa gadis itu untuk berdiri.

"Sakit Dinar.." ucap Rena kesakitan.

"Lo! Gue sudah bilang sama lo kalau kita sudah putus."

"Tapi..."

"Dan hari ini, lo buat sesuatu yang fatal. Lo udah hina cewek gue sampai sejauh ini.."

"Cewek? Kamu.."

"Gue nggak butuh cewek sok lugu kayak lo. Hobi klubing tapi nggak mau gue ajak tidur."

"Dinar...."

"Atau dugaan gue benar selama ini. lo udah nggak perawan dan takut jika nanti gue tidurin lo, lo bakalan ketahuan sama gue. Iya kan!!"

PLAAKK!

Sebuah tamparan keras dari Rena mendarat mulus di pipi kiri Dinar. "Aku tahu yang kamu mau selama kita pacaran. Dan aku nggak bisa berikan itu karena dalam hidup aku, mahkota ini hanya akan aku serahin ke suami aku nanti."

"Cih! Sok suci lo!"

"Dan sekarang aku paham, ternyata wanita murahan yang paling kamu suka. Buktinya, dia..." Rena menunjuk wanita yang tadi ia jambak, "Dia rela memberikan tubuhnya sama kamu.."

"Itu karena dia sayang sama gue.."

"Hah! Sayang? Cowok yang sayang sama ceweknya itu nggak bakal mau ngerusak ceweknya. Dan cewek yang memiliki harga diri itu tak akan mau tubuhnya disentuh lelaki yang bukan suaminya." Lanjut Rena sembari menatap hina wanita tersebut. "Dan sekarang gue baru sadar dan paham, cowok murahan, hanya akan ditakdirkan untuk cewek murahan. Dan bajingan hanya akan dipasangkan dengan bajingan pula." Rena meraih sesuatu dalam tasnya. Ia mengeluarkan sebuah kalung yang pernah Dinar berikan padanya lalu melemparkan kalung tersebut kuat ke arah wajah Dinar.

"Gue bersyukur Tuhan cepat beritahu kalau Lo pria brengsek, Dinar." Setelah mengakhiri ucapannya, Rena langsung berlari keluar apartemen.

Pikirannya kacau, ia hanya bisa menangis sepanjang perjalanannya menuju lantai satu. Ia bahkan tak ingat untuk memesan taksi online kembali. Ia hanya terus berjalan menelusuri jalan setapak yang ia sendiri tak tahu harus menuju kemana.

Rasa sakit dihatinya berhasil membuatnya kembali lemah. Ia terduduk di tepian jalan sambil meraung pilu. Bahkan ia sudah menjadi tontonan pejalan kaki.

*◊*◊*◊*◊*