"Selena." Panggil Ronald.
"Ya."
"Kau baik-baik saja?"
"Tentu."
"Aku tak menyangka kau sekarang seorang mualaf, kenapa kau baru bilang, pasti ayah akan banyak membantumu jika kau jujur padanya."
"Karena menurutku, agama dan kepercayaan adalah urusan pribadi kita, dan aku ingin member kejutan padanya, tapi aku juga tak mau jika ayahmu berpikir aku berbuat ini karena dirinya."
"Apa yang dikatakan ayahku padamu semalam?"
"Apa?"
"Bukankah semalam kau tidur dengan ayahku."
"Bagaimana kau tahu?"
"Aku tak sengaja melihat ayah mengendongmu saat kau tertidur di ruang kerja ayah, dan ayah membawamu ke kamarnya bukan ke kamarmu."
Wajah Selena memerah, "Dia hanya berharap aku kembali. Itu saja."
"Dia mencintaimu Selena, aku tahu itu."
"Kau tak keberatan kupanggil ibu? Walau kau seumuran dengan kedua adikku."
Selena tersenyum, "Apa kau tidak malu jika usia adikmu kelak sama dengan usia anakmu?"