Ronald berjalan mondar mandir persis kayak setrikaan listrik uap tukang laundry, kupingnya panas bahkan mungkin sudah beruap, hampir selama perjalanan di pesawat hingga sekarang menjelang detik-detik pernikahannya keluarganya tak henti-hentinya member wejangan pada Ronald terlebih mamanya, sudah pasti panjang kali lebar tambah tinggi, semua diucapkan sang mama dengan lantang di hadapannya. Membuat kepalanya semakin berdenyut-denyut tak karusn.
Rey yang melihat sang kakak sedang gelisah akhirnya tak tahan untuk tidak menghampirinya.
"Ga usah tegang gitu, tegangnya nanti malam aja." Goda Rey pada sang kakak.
"Brengsek!! Pergi sana bikin aku tambah pusing!" Bukannya pergi, Rey justru tertawa terbahak melihat raut muka sang kakak yang lebih tepatnya seperti sedang ngantri di depan toilet untuk buang hajat.
"Ingat yang kamu nikahin itu adikku." Ucap Danil sengaja menambah gerah Ronald.
"Kalian berdua emang brengsek!" Gerutu Ronald.