Rey menatap pesawat yang baru saja mendarat, perlahan pintu pesawat terbuka dan muncul pria paruh baya diikuti pria muda di belakangnya, sekilas menatap wajah keduanya seperti sedang menatap foto di dua jaman yang berbeda. Tampak sama hanya beda masa.
Rey mendekati pria paruh baya itu, memeluknya erat setelah mencium pungung tangannyan terlebih dahulu.
"Ayah sehatkan?" Tanya Rey sambil memeluk sang ayah.
"Alhamdulilah ayah sehat, bahkan sangat sehat." Ucap sang ayah sambil menepuk pungung putranya pelan.
"Syukurlah, Rey senang ayah datang." Rey melepas pelukan dari ayahnya.
"Bagaimana ayah bisa untuk tidak datang di pernikahan putra ayah." Jawab Tuan Handoko dengan tersenyum hangat.
"Hallo Brother." Ucap Ronald santai dengan senyum tengilnya.
"Brother sialan, bagaimana bisa kau cengegesan diatas penderitaan adikmu, Ha!"
"Maaf."