Malam semakin larut, membawa harapan untuk disimpan sebagai penyemangat hari esok, Ronald duduk di atas kursi roda menghadap ke jendela kamarnya, pikirannya melayang mencoba menyibak misteri dalam hatinya, namun sayang sedalam logika menyelami hati, tak jarang hati berkhianat dengan logika.
Ronald mendesah nafas berat, bayangan wajah Jelita yang akhir-akhir ini selalu menghantuinya seolah menjadi duri yang sulit terlepas yang membuat lukanya tak kunjung sembuh. Sebegitu cemburunya kah ia pada Jelita atau benar dia jatuh cinta pada Jelita? Ronald terus berusaha mengingkari kedua rasa itu, dan menanamkan dalam benaknya, Jelita adalah adiknya, ya ADIKNYA.
Benarkah selama ini dia cemburu pada Jelita? atau sebenarnya dia cemburu pada Danil? Ingatannya kembali pada kejadian beberapa tahun yang lalu.
Flashback On