Arsen berjalan dengan santai menuju kelas barunya, sedangkan Kate, gadis itu hanya mengantarkan sang kakak menuju ruang kepala sekolah lalu pergi entah kemana.
Beberapa pasang mata menatapi Arsen kagum dan penuh tanda tanya. Yang di tatap hanya melengos tak peduli, dan lebih memilih menatapi gedung-gedung di sekitarnya.
"Hey," sekumpulan gadis tampak berjalan mendekati Arsen dengan langkah angkuhnya, "Siapa kau?"
Sang pemuda tersenyum menawan, menatap satu persatu gadis di hadapannya, "Perkenalkan aku Arsen Dionysus, siswa baru tingkat 2,"
"Namamu...terdengar aneh," Arsen tersenyum dan mengangguk ringan.
"Aku tahu, beberapa orang pernah mengatakan itu kepadaku,"
"Ah begitu,"
"Apakah kalian bisa memberiku jalan? Aku tidak ingin terlambat di hari pertamaku,"
"Ah silahkan, tapi ngomong-ngomong, namaku Raine,"
"Oh, salam kenal dan selamat tinggal," Arsen melambaikan tangannya singkat lalu mengambil langkah asal menjauhi gadis-gadis itu. Sungguh ia sedang tidak ingin berurusan dengan para gadis saat ini.
"Tunggu, aku bahkan tidak tahu di mana kelas ku," monolognya pada diri sendiri, Arsen menatap sekitarnya, tidak ada seorangpun di sana, hanya tanah kosong yang di tumbuhi beberapa pohon, rumput, dan tanaman hias serta beberapa kursi berwarna putih di sekitarnya, "Dimana aku astaga, bodohnya dirimu Arsen,"
Setelah menghabiskan waktu 10 menit untuk berpikir, pemuda itu akhirnya memilih untuk menghubungi Kate melalui ponselnya, "Kate, sepertinya aku tersesat,"
"Dasar bodoh,"
"Hey jangan mengatai kakakmu,"
"Aku tidak peduli, di mana kau sekarang?"
"Aku tidak tahu, di sini sepi sekali, dan sedikit menyeramkan,"
"Katakan lebih detail,"
"Di sini terlihat seperti taman,"
"Ada banyak taman di sekolah ini,"
"Letaknya di belakang gedung tunggu gedung apa itu? Besar tinggi, bercat putih, dan mempunyai beberapa jendela,"
"HAMPIR SEMUA GEDUNG DI SEKOLAH INI SEPERTI ITU ARSEN DIONYSUS!"
"Astaga jangan berteriak Kate! Telingaku berdengung mendengar suara melengkingmu itu,"
"DIAM, DAN KATAKAN KAU DI MANA SEKARANG!"
"Tapi kau menyuruhku untuk diam,"
"Dasar bodoh! Arsen bodoh! Idiot!"
Arsen mendengus kasar, dengan kesal mematikan sambungan telepon secara sepihak, "Astaga aku tidak percaya gadis cerewet itu adalah adikku,"
"Kau murid baru itu?"
Demigod itu berjengit kaget, reflek mengusap dadanya dramatis, "Bisakah kau tidak mengagetka ku nona? Aku menderita lemah jantung,"
"Aku tidak percaya, dan kau terlalu berlebihan,"
"Ah kau tidak mudah ku bohongi ternyata," Arsen tersenyum kecil, "Tapi tunggu, sepertinya aku tidak melihatmu di sekitar sini,"
"Aku berada di atas pohon tadi,"
"Apa yang kau lakukan diatas pohon?"
"Membaca buku," gadis itu menunjukkan sebuah buku di genggamannya, "Jadi kau benar murid baru itu?"
"Ya benar sekali, namaku Arsen Dionysus,"
"Ah, perkenalkan namaku Ariel,"
"Namamu cantik, persis seperti wajahmu,"
Ariel mengangguk singkat, "Sudah banyak orang yang mengatakan seperti itu,"
"Ah begitu," Arsen hanya mampu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, menatap gadis di hadapannya dengan kikuk.
"Tampangmu seperti orang bodoh Arsen,"
"Sudah banyak orang yang mengatakan begitu,"
"Sudah kuduga," Ariel mengangguk singkat, "Kau tersesat bukan? Di mana kelasmu? Akan kuantarkan,"
"Social 2-B,"
"Gedung di belakangmu, itu kelasmu,"
"Tunggu apa?"
"Apa?"
"Astaga aku benar-benar merasa bodoh,"
"Syukurlah kau mengakui jika dirimu bodoh," sang gadis hanya mengangguk, "Aku akan kembali ke kelasku, 15 menit lagi bel akan berbunyi,"
"Kelasmu--"
"Social 2-A,"
"Ah baiklah,"
***
"Ada apa ibu? Astaga bagaimana jika ada orang lain masuk ke sini?" taya Arsen pada Aphrodite. Matanya terlihat cemas, tentu saja, bagaimana bisa sang ibu tiba-tiba muncul saat ia sedang mencuci tangan di wastafel kamar mandi sekolah.
"Tidak akan," balas Aphrodite santai, "Lagi pula aku bisa mengatakan jika aku adalah ibumu kan?"
"Bukan itu maksudku ibu," sang anak menepuk keningnya, "Ini toilet laki-laki, sedangkan ibu adalah perempuan,"
"Apa salahnya? Terserah padaku, aku dewa di sini,"
"Astaga, lebih baik kita mengobrol di tempat yang lebih aman ibu,"
"Oke," sang dewi mengangguk, segera meraih lengan Arsen dan membawa putranya pergi.
Pemuda itu sedikit memekik kaget, namun tak lama kemudian bernapas lega kala menyadari dirinya tengah berada di taman belakang sekolahnya, tempat ia tersesat pagi tadi, "Untuk apa ibu menemuiku?"
"Zeus memberi waktu 2 hari untukmu menemukan demigod itu, dan setelah itu kau harus kembali menyamar,"
"Untuk?"
"Menyamar menjadi pelayan di istana para Titan,"
"Tunggu apa? Titan? Hey aku tidak mau berurusan dengan Titan ibu," Arsen memekik keras, "Mereka menyebalkan,"
"Sama sepertimu," balas Aphrodite acuh, "Dengarkan aku, Kronos, dia kabur dari kurungan,"
"Kurungan? Ah dia di kurung di Tartaros bukan?"
"Ya, dan para Titan berusaha menghancurkan Zeus, tugasmu adalah menjadi mata-mata bersama 2 demigod lainnya,"
"Kenapa aku? Ayolah ibu aku ini bodoh, bagaimana jika aku mengacau,"
"Kau memang bodoh tapi kau tidak lemah Arsen, kau termasuk dalam jajaran demigod terkuat di akademi,"
Mata Arsen seketika berubah berbinar setelah mendengar kalimat ibunya, "Benarkah?"
"Ya, maka dari itu Zeus memerintahkanmu untuk menyusup di istana para Titan dan mencari informasi dari sana,"
"Lalu tentang umpan itu?"
"Ah itu tidak benar, aku hanya asal menjawab kemarin," acuh sang dewi, "Kau harus menyamar menjadi pelayan,"
"Ibu," jerit Arsen frustasi, "Bagaimana bisa? Bagaimana bisa kau menjadikan putra tampanmu ini sebagai pelayan? Bagaimana jika para gadis tau Arsen yang melegenda menjadi pelayan,"
"Itu hanya penyamaran Arsen, bukankah kau sekarang juga sedang melakukan penyamaran?"
"Iya namun penyamaran ini sangat menyenangkan, banyak gadis di sini, sedangkan di istana para titan? Mungkin aku hanya akan menemukan Echidna dan Medusa," demigod itu menggerutu.
"Bukankah itu bagus? Mata keranjang sepertimu tidak baik terlalu sering melihat gadis cantik, oh ya, nama demigod itu Letha dan Arion,"
"Ah aku malas melakukan tugas ini,"
"Aku tidak peduli, bahkan jika Zeus memenggal kepalamu nanti,"
"Ibuuu," rengek Arsen, "Aku tidak ingin menyamar menjadi pelayan,"
Aphrodite menaikkan sebelah alisnya, "Lalu? Kau ingin menyamar menjadi wanita penggoda? Boleh juga,"
"Ibi astaga," pemuda itu mengacak rambutnya frustasi, "Penjaga bukankah tidak buruk?"
"Tapi wanita penggoda juga tidak terlalu buruk, kau bisa menggoda Kronos dan mendapatkan informasi darinya,"
"Dan membiarkan Rea menebas kepalaku? Tidak terimakasih,"
"Terserah kau saja, cepat cari demigod itu, dan jika sudah kau bisa kembali ke istanaku untuk menyiapkan semuanya bersama mereka,"
"Tapi ibu, bukankah aku bukan demigod terkuat? Kenapa tidak demigod terkuat saja?"
"Sudah ku katakan kau adalah salah satu dari tiga demigod terkuat Arsen,"
"Siapa dua yang lainnya?"
"Dua demigod yang hilang,"
"Letha dan Arion?"
"Bukan, demigod yang benar-benar hilang, mereka hanya demigod yang belum memasuki akademi, sedangkan dua demigod lain adalah demigod yang benar hilang," jawab Aphrodite, "Dan itu tugasmu yang sebenarnya, bawa dua demigod terkuat itu, mereka di kurung di istana para Titan sejak dua bulan yang lalu,"
"Apa aku mengenal mereka?"
"Tidak, Titan menculik mereka saat mereka hendak di bawa ke akademi demigod,"
"Lalu bagaimana mereka bisa menjadi yang terkuat?"
"Karena mereka sudah mengetahui kekuatan mereka dan terus berlatih hingga menjadi sangat kuat,"
"Astaga, lalu apa tujuan Zeus memerintahkan aku untuk menemui dua demigod di sekolah ini?"
"Karena mereka kuat dan itu akan membantumu melakukan tugas,"
"Baiklah ibu,"