Arsen berjalan mengitari sekolahnya, mencari sosok bernama Letha dan Arion yang bahkan tidak di ketahui wujudnya.
"Arsen?"
"Ah Ariel,"
"Apa yang kau lakukan di sini? Terserat lagi?"
Arsen tertawa sumbang, "Tidak, aku hanya sedang mencari seseorang, ah dua orang,"
"Siapa?"
"Letha dan Arion,"
"Ah mereka, ikuti aku,"
"Baiklah," sang pemuda mengangguk singkat, segera berjalan mengikuti Ariel.
"Letha! Aletha!" seru Ariel pada seorang gadis yang tengah duduk di salah satu bangku di depan perpustakaan, "Seseorang mencarimu,"
"Siapa kau?"
"Astaga aku Ariel, kau melupakanku?"
"Tidak bukan kau, pemuda di belakangmu,"
"Ah dia Arsen, siswa baru," Ariel menunjuk Arsen dengan dagunya, "Kalau begitu aku pergi dulu, selamat menikmati waktu kalian teman-teman,"
"Terimakasih Ariel,"
"Tidak usah berterimakasih," seru gadis itu tanpa menoleh.
"Em Letha, bisakah kita bicara," Arsen menatap Letha tanpa kedip, gadis itu sangat cantik, bahkan lebih cantik jika di bandingkan dengan Mirai maupun Anna.
"Bicaralah, Arsen,"
"Kau tahu kau seorang demigod?"
Gadis itu sedikit tersentak lalu menatap Arsen penuh kecurigaan, "Apa yang kau inginkan? Kau salah satu bawahan para titan itu bukan?"
"Astaga tidak! Bagaimana bisa," sang pemuda mengacak rambutnya frustasi, "Aku juga demigod sepertimu,"
"Tapi setahuku, hanya ada 2 demigod di sekolah ini,"
"Ada tiga dengan ku, aku siswa baru, dan jika tidak mendapatkan hukuman dari Zeus, aku sekarang sedang berada di akademi demigod dan menggoda Mirai,"
"Lalu, apa urusannya denganku,"
"Tunggu, ayolah Letha, mari mengobrol sejenak, ini sangat penting,"
"Jangan di sini,"
"Oke,"
***
"Jadi? Apa maumu?" Letha bersedekap dada, menatap Arsen tanpa berkedip, "Aku tidak suka berbasa-basi,"
"Aku mendapat tugas dari Zeus untuk menemukan dua demigod yang hilang dan membawa mereka kembali ke akademi,"
Sang gadis menaikkan sebelah alisnya, "Siapa? Aku yakin itu bukan aku maupun Arion, kami demigod yang sengaja di tugaskan mengawasi dunia manusia,"
"Ya kau benar, mereka sekarang sedang di tahan oleh para titan, di istana Kronos,"
"Lalu? Urusannya denganku?"
"Kau, aku, dan Arion, kita mendapat tugas untuk menyelamatkan mereka," Arsen memberi jeda, "Kita harus menyamar, mencari informasi di sana, dan menyelamatkan mereka,"
"Oh, kalau begitu kita harus mencari Arion dan membawa dua demigod itu karena demi tuhan para titan sangat menyebalkan, mereka nyaris menculik Arion dan membunuhku,"
"Mereka berulah?"
"Tentu saja, bahkan mereka lebih menyebalkan dari Dewa Ares yang suka mencari gara-gara,"
Seketika wajah Arsen berubah menjadi datar, menatap Letha lurus, "Dia ayahku kau tahu, dan aku sangat mirip dengannya,"
"Ah aku sepertinya pernah mendengar sesuatu tentangmu,"
"Apa itu?"
"Kau demigod itu bukan? Si tampan pemecah hati yang sering membuat onar," tebak Letha.
"Dari mana kau tahu hal itu?"
"Ibuku, Dewi Hebe,"
"Ah, Dewi Hebe," pemuda itu mengangguk singkat, "Bisakah kita menemui Arion, waktu kita tidak banyak,"
"Sebentar lagi dia akan ke sini, ah itu dia, Arion kemarilah,"
Yang di panggil hanya mengangguk singkat lalu berjalan mendekati keduanya, "Ada apa Letha, dan kau, ah kau Arsen itu bukan?"
"Apa artinya Arsen itu?"
"Arsen si siswa baru yang tampan dan dalam sekejab mempunyai banyak penggemar,"
Arsen hanya tersenyum malu-malu, "Ketampanan ku ini di berikan oleh ibuku, aku tidak bisa menyombongkannya,"
"Tidak usah merendah diri Arsen, aku tahu itu bukan dirimu sekali,"
"Ibu astaga kau mengagetkanku," Arsen hanya memegang dadanya dramatis.
"Dewi Aphrodite," Letha dan Arion membungkuk dalam beberapa saat.
"Tidak usah terlalu formal," sang dewi tersenyum kecil, "Dan kau Arsen, kerja bagus, lebih cepat dari yang ku kira,"
"Tentu saja karena dia putraku,"
"Ayah?"
"Dewa Ares," Letha dan Arion kembali membungkuk.
"Astaga untuk apa kalian di sini? Bagaimana jika ada orang lain yang mengetahui keberadaan kalian?"
"Tenang sana Arsen, tidak akan ada yang datang ke sini," balas Ares, "Jadi mereka dua demigod yang hilang itu?"
"Bukan, mereka hanya akan menjadi rekan Arsen untuk menyelamatkan dua demigod yang hilang,"
"Tapi ibu, kenapa aku? Aku hanya seorang demigod, kenapa tidak Zeus langsung saja yang membebaskan dua demigod itu?"
"Kronos adalah ayah Zeus Arsen, dia bisa merasakan keberadaan Zeus dan dewa-dewa lain bahkan dalam jarak bermil-mil jauhnya, dan itu akan menyebabkan peperangan," jelas Aphrodite.
"Tapi bukankah Zeus memang akan berperang melawan para Titan?" Letha angkat suara.
"Ya benar, tapi tidak sekarang, jika mereka berperang sekarang, maka akan terjadi perpecahan yang sangat besar," jawab Ares, "Peperangan tidak hanya dua pihak yang saling melawan satu sama lain, tapi peperangan juga membutuhkan persiapan yang matang,"
"Ah begitu,"
"Menyebalkan sekali," Arsen mencebik, "Bisakah aku lari dari tugas ini?"
"Tidak masalah jika kau bersedia tidak mempunyai pasangan untuk selamanya,"
"Ayahhh,"
"Tidak Arsen, laki-laki tidak ada yang lari dari masalah,"
"Tapi ayahh, ibu memerintahkanku untuk menyamar menjadi pelayan,"
Aphrodite menatap putranya sinis, "Setidaknya itu lebih baik Arsen, dari pada aku memerintahkanmu untuk menyamar menjadi wanita penggoda,"
"Hey itu terdengar bagus," sang Dewa Perang tersenyum lebar, "Aku penasaran seberapa cantik dirimu jika menggunakan pakaian perempuan,"
"Ayahhh!" kedua sudut bibir Arsen melengkung ke bawah.
"Sudahlah Ares," Aphrodite menggeleng kecil, "Aku akan memanggil Mirai, Anna, dan Psikhe untuk memberimu semangat,"
"Ibu, kau memang yang terbaik,"
"Kau terlalu memanjakannya Aphrodite,"
"Kau juga memanjakannya Ares,"
"Aku tidak ingin mendengarkan perdebatan kalian, ayolah kepalaku pusing, sepertinta tidur di pelukan Bibi Psikhe bukanlah hal yang buruk,"
"Itu jika Eros tetap membiarkan kepalamu tetap berada di tempatnya," acuh sang dewi.
"Kejamnya," gumam Arsen, "Ayo cepat kita pergi ke istanamu ibu,"
"Tapi bagaimana dengan sekolah?" tanya Arion khawatir.
"Tidak perlu cemas, aku akan mengurusnya," Aphrodite mengibaskan tangannya, "Ayo kita pergi,"
"Tunggu, aku harus pamit dengan ibu dan ayahku," seru Letha.
"Tidak perlu, Dewi Hebe dan Dewi Artemis sudah melakukannya," balas sang dewi cepat, "Ada lagi yang ingin kalian lakukan sebelum pergi?"
Arsen tambak meninbang-nimbang, "Bisakah kita ke rumah mama terlebih dahulu?"
"Untuk apa?"
"Entahlah, aku takut saat berada di istana Kronos nanti merindukan mama,"
"Apa? Manja sekali," cibir Letha.
"Apa salahnya? Dia mamaku dan aku berhak merindukannya,"
"Ayolah tugas ini tidak membutuhkan waktu lama, kau tidak akan merindukan mamamu,"
"Aku tidak peduli, bahkan setelah tinggal di akademi demigod aku akan kembali dalam satu minggu ke dunia manusia untuk menemui mamaku,"
"Dasar anak mama," gadis itu tersenyum remeh, "Lemah, hanya bisa berlindung di belakang pinggu mamanya,"
"Tidak usah mencampuri urusanku," balas Arsen dingin, "Kau tidak tahu apapun tentangku,"
Aphrodite menghela napas berat, "Letha, tolong jangan menyinggung Arsen, dia sangat sensitif jika itu menyangkut mamanya,"
"Tapi memang benar dia anak mama, sebenarnya apa hebatnya mama asuhmu itu?"
"Sudah ku bilang jangan campuri urusanku," teriak Arsen marah, "Kau tidak tahu apapun tentangku sialan,"
"Arsen Arsen tenanglah," Ares menarik pemuda itu, mengusap bahunya agar tetap tenang, "Jangan campuri urusan putraku, berhentilah mengoceh hal tidak berguna seperti itu, kau tidak tahu apapun tentangnya,"