Chereads / Ana Uhibbuka fillah, Dokter / Chapter 5 - Jangan Memintaku

Chapter 5 - Jangan Memintaku

Rencana hidup manusia tidak lah berarti, akan lebih berarti rencanya-Nya pada hidup manusia.

****

Menjatuhkan tubuh pada kotakan besar yang cukup empuk, menatap langit-langit putih seakan mempertanyakan semua yang telah terlontar.

Menyayangkan sebuah hal yang belum terjadi.

Huhh! Belum 24 jam aku berada di indonesia tapi... cobaan apa lagi ini ya Allah?? Dany Kusuma Willy? Aku pun tak mengenalnya sama sekali. Bertatap muka saja baru hari ini. Mengenalnya saja juga baru hari ini. Dan dia dengan angkuhnya mengatakan 'terima lamaran saya' .

hey?! Dia fikir dia siapa?? Melamar anak orang seenaknya. Memang dia fikir menikah itu mudah? Menggapai apa yang namanya sakinah itu gampang? Hey boy! Semua itu gak semudah membalikan telapak tangan.

Ahh sudah lah fikir nanti toh aku masih cuti dua hari. Tapi? Ahh sudah! Lebih baik aku mandi biar kepala ku dingin lalu menceritakan kepada Tuhan ku tentang hari ini.

Aku bertanya kepada Tuhan ku saat aku duduk tersimpuh setelah sholat dzuhur. Mengapa hambamu ini selalu dipusingkan dengan urusan untuk menyempurnakan iman ya Allah? Menikah. Siapa yang tak mau menikah dan menggapai ridho-Nya. Menggapai yang namanya sakinah mawadah dan warohmah.

Jelas semua akan mau. Tapi kenapa aku harus menolak semua tamu yang datang untuk beritikat baik? Karena aku sudah berjanji pada mba Assyifa agar tidak mendahuluinya. Ya itulah jawaban ku.

Ocehan dari dalam diri terkadang beradu pada kenyataan yang harus aku terima. Menyayangkan kenapa mba Assyifa tidak segera menikah supaya aku tidak harus menolak lebih banyak orang. Dan semua juga terpatok pada janjiku untuk menunggu mba Assyifa sampai naik pelaminan.

Tapi jika menimbang-nimbang dari segi umur.. diumurku yang 24 tahun menikah? Masih banyak yang ingin aku capai. Masih banyak tempat yang ingin aku datangi. Dan perkara membahagiakan orang tua, apa sudah cukup bahagiakah orang tua ku atas pencapaian anak bungsunya ini?

Terkadang pantas dan pas dimata manusia belum tentu pantas dan pas di hadapan Allah SWT. Menolak jodoh apa sama dengan menolak rezeki? Apa semua ini hanya sebagai penguji diri? Entahlah terkadang kita harus mengikuti alur dari Nya saja.

Saat senja mulai menyapa aku memutuskan untuk pergi keluar rumah, yaa sekedar say hello dengan alam indonesia, walaupun sedikit dehidrasi karna perubahan cuaca.

Melajukan kendaraan tercintah membelah macetnya jalanan ibu kota. Alunan musik yang tak begitu kencang dan tak begitu pelan menjadi teman ku disenja ini. Pilihan ku jatuh pada sebuah resto milik sahabatku. Siapa tau rezeki anak sholehah.

Aku duduk di meja paling ujung bersebelahan dengan sebuah kaca yang menyekat dengan lalu-lalang ibu kota. Menunggu pesanan datang aku hanya bisa diam dan menatap keluar.

"Assalamualaikum..." sapa seorang laki laki yang tak asing bagiku.

Aku menoleh melihat siapa yang ada dihadapanku. "Wa'alaikummusalam.." kuberikan senyum tipis pada nya.

Dia seorang Zafran Prameta, seorang dokter muda sekaligus pemilik restoran tempatku duduk sekarang. "Wihh.. kapan lo nyampe indonesia syah?" Kata pembuka bagi obrolan kami. "Pagi tadi sekitar jam 2 pesawatku landding" ucapku.

"Baru nyampe muka udah ditekuk kaya baju ditumpukan jerami gitu". Tiba tiba seorang pelayan datang sambil membawa beberapa pesanan ku dan juga pesanan si pemilik resto.

"Zaf ini gratis yaa, itung itung kata welcome buat gue yang nyampe indo" tak luput dengan mata berbinar yang kusajikan. "Sejak kapan seorang Putri Aisyah makan disini bayar" katanya dengan sinis.

"Yey! Syukron..." langsung ku sambar beberapa piring dan kulahap sedikit demi sedikit.

"Lu kenapa syah?" Ucapnya enteng sambil menyesap kopi. Ya, dia memang seorang Zafran Prameta yang tinggal persis didepan rumah ibu. Bisa dibilang dia adalah sahabat terbaik deh. Cuman liat gimana gambaran muka ku aja dia udah tau suasana hati ku. Paling pengertian lah dari lida sama farhan.

Aku menghela nafas dan menelan potongan beef, lalu mulai ku ceritakan pada nya. Mulai dari ibu yang menggungkit tentang Arif, lida yang bertanya tentang kesan beberapa tahun lalu, dan rapat direksi yang entah dari usulan siapa nama ku tercantum disana. Dan gak lupa negosiasi seorang Dany Kusuma Willy pada ku.

"Ya ampun syah, emang pesona muka lu aja yang udah pentes bawa anak" dan sebuah tawa menghiasi wajahnya.

"Pantes dari hong-kong!" Kumasukan kembali potongam beef dalam mulut ku.

"Umur lu emang masih muda tapi muka lu udah kelewat dewasa syah.. ahahahha"

Zafran itu serba guna, mau jadi seorang kakak ato sahabat ato musuh ato orang asing pun dia mampu. Salah satunya ya ini.. tertawa disaat sahabatnya susah berfikir.

"Trus gimana? Lo terima lamaran si Dany itu ?" Dia bertanya sambil menaikan satu alisnya.

"Hemm.. ya enggak lah" jawabku enteng sekali.

"Kenapa?"

"Trus kalo gue terima lamaran beliau apa kabar sama mba Assyifa?" Sambil ku tudingkan pisau didepan nya.

"Bener juga ya.." dia menyesap kopinya lagi.

Lalu aku dan Zafran sama - sama bercerita tentang berbagai hal yang telah kami lewatkan. Maghrib pun telah usai berganti waktu dengan isya' dan kuputuskan untuk pulang.

Dua hari telah berlalu, Masa cuti yang teramat sebentar itu aku manfaatkan untuk benar-benar beradaptasi sekaligus mengistirahatkan badan.

Saat fajar akan menyapa ku yang sudah berdandan ala direktur utama, tiba-tiba saja benda kotak yang menyala dan sering ku sebut hanphone itu berdering. Menampilkan sebuah notif email yang masuk.

Aku hanya berfikir jika itu hanya sebuah email tentang pekerjaan tapi ternyata bukan. Ku baca sambil duduk dipinggir tempat tidur dan disitu terluliskan..

"Whare are you now?" Tertanda your doctor in London.

Apa? Your doctor in London? Apa aku tidak salah membacanya? Dan pada akhir nya ku baca email itu beberapa kali. Bahkan tulisannya pun tak berubah.

Kuletakkan kembali benda itu, kupandang pantulan diri dicermin dalam hati aku berkata "tolong jangan memintaku untuk kembali, kenapa? Karna sudah cukup cerita yang aku tulis disana. Dan untuk Dany Kusuma Willy jangan meminta ku pula, karna aku tidak mau lebih banyak menyakiti hati seseorang dengan menolaknya."

****

Assalamualaikum wr.wb. temannnn....

Hohohoo ceritanya cuman dikit nih, belum bisa buanyakkk.

Btw terimakasih banyak buat yang udah ngasih dukungan :) semoga suka sama ceritanyaa yaaa :)

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan bintang dan sarannya yaa...

Jazakumullah khoirol jazaa'