"Mama!" pekikku lega dengan mata berbinar. Aku sama sekali tak ingat bagaimana aku bisa terbaring di ruangan rumah sakit ini.
Mama berjalan ke arah sofa coklat di dekat jendela setelah mengangguk terima kasih kepada dua suster yang berjalan keluar kamar. Tak ada suara apapun meluncur dari mama, sapaanku pun tidak dijawab.
"Sayang, gimana kamu?" tanya Mas Doni dengan kedua tangannya menangkup tangan kananku yang bebas tanpa selang.
"Aku kangen, aku khawatir, aku ... aku ..." Mas Doni tampak berkaca-kaca dan terus mencium punggung tanganku tanpa jeda.
Ku balas mengusap punggung tangannya dengan ibu jariku yang bebas. Sedikit aku menegakkan badan namun ternyata sulit. Mas Doni bangkit dan membantuku menata ulang tumpukan bantal agar aku nyaman bersandar.
"Jangan khawatir, I'm good," hanya itu jawaban sebisaku. Selebihnya aku masih tak tahu kenapa aku ini.
"Mas, Mika kenapa?"