"uhhhh,kenapa harus aku yang membuang sampah sebanyak ini, kan ada yang lainyaa kenapa sih hidup ku ngak berarti banget"
kataku kesal karena kenapa harus aku,yang membuangnya sendiri.
Waktu aku hendak membuang sampah, aku mendengar pembicaraan orang. lalu aku mengintip di balik semak semak, ternyata rayen sedang berbicara kepada seorang laki laki paruh baya, jelas itu adalah ayahnya
aku berfikir. mengapa ayah nya ke sini, apa dia meminta rayen untuk pulang, aku melihat terus melihat sampe akirnya. aku melihat ayahnya memukul rayen dengan kasar, apa yang terjadi, mengapa ayahnya memukul rayen semakin berlalu, aku semakin melihat kekerasan yang di terima rayen. mengapa dia tidak melawan, padahal dia sudah di pukul habis habisan.
aku aku tak terima aku berlali menghampirinya, sebelom kejadian semakin parah,
" STOPP HENTIKAN OM " teriak ku kepada om heru,yang tak salah adalah ayahnya rayen.
"aurel pergilah ini urusan om" kata om heru mengusirku.
namun aku tak mau "kamu ngpain ke sini, sana kerjakan perkerjaanmu" kata rayen memintaku pergi jugaa.
"om saya mau bilang, jika om terus memperlakukan rayen seperti ini, om akan saya laporkan pada polisi" kataku tegas, entah mengapa jika rayen di sakiti, rasanya aku ingin menolongnya. yaaa walaudia brengsek, tapi dia pernah menolongku.
"ayah pulanglah, nanti kita bicarakan di rumah"
kata rayen kepada ayahnya, sambil menunduk.
" oke, nanti kita bicarakan di ruah, jika kau tak datang,ayah akan marah besar kepadamu"
kata om heru, lalau perggi meninggalkan kami.
"Umm sini aku obati" kataku pada Rayen, kemudian menarik tangannya untuk di bawa ke uks. "maaf Rel, tapi aku ada urusan" katanya padaku sambil melepaskan gengamanku "oke terserah kamu" kataku padanya.
Aku tau dia perggi karena ingin menangis, aku tau itu karena matanya berkaca kaca, apa sihhh yang ada dipikiran om heru. mengapa dia tega memukul anaknya, apa ada masalah dengan keluarganya, harusnya di selesaikan dengan kepala dingin dong, entahlah aku pusing.
"Ohhhh iya sampahh" kataku lalu mengambil sempah, dan membuangnya ke tempat sampah
Sebaliknya rayen dia duduk di bawah pohon beringin di sekolah, aku tak tau mengapa dia suka tempat seperti itu. padahal di situ kan banyak hantu, yaaa aku benar rayen sedang menangis situ.
"Mengapa mengapa ayah membeciku, aku sudah jadi anak yang pintar tapi ayah tetap memarahaiku, apa karena perempuan itu. dasar perempuan licik" ucap Rayen dengan kesal.
Rasanya dunia ini tak pantas untuk ku dulu ayah selalu menyayangiku namun, semenjak ada wanita itu. ayah jadi jadi semakin benci padaku
bunda aku rindu bunda, maaf aku tak bisa, jadi orang yang kuat. aku tak bisa menahan tangisanku ini, air mata ini aku coba tahan bun, namun tetap saja mengalir,
"his his his" tangisan Rayen, yang tak bisa dia hentikan.
Saat pulang sekolah, aku terus memikirkanya, melihat dia seperti itu, berusaha menjadi orang yang kuat. sendiri menangis, sendirian tanpa ada yang menemani, aku jadi terpikir jika aku ada di posisi rayen, pasti aku akan bunuh diri.
"tintinnnnnn" suara tlakson mobil membuatku tersadar "ayo naik aku antar pulang" kata rayen padaku,sambil tersenyum.
"Ummmm Ray"
"jangan ungkit ungkit yang tadi, bayangkan saja kau tak pernah melihatnya" kata kata rayen, membuatku tak berani bicara.
Sebenarnya aku ingin mengatakanya, namun aku takut jika dia, marah padaku bailah. biarkan dia seperti itu dulu, mungkin dia laggi tak mau bicara, kini aku tau sisi tersembunyi rayen, kalo aku mengigat kejadian tadi hah.
bahkan bekas kulakanya masih terlihat, di wajah Rayen.
Sesampainya di rumah aku masih tetap memikirkanya, ayah ku saja tak pernah melakukan hal seperti itu padaku, kenapa om heru seperti itu, pada Rayen.
entahlah bodo amat