"HEY BODOH!" teriak aku kepada seseorang yang berdiri tak jauh dari depanku.
Orang tersebut nampak bingung. kepalanya menoleh kanan dan kiri lalu berbalik menatapku. "Aku?" tanyanya padaku sambil menunjuk dirinya sendiri.
Aku mengangguk. "ya, kau."
"Mengapa kau mengataiku bodoh?" tanyanya dengan alis mengekerut. "Karna kau, adalah orang bodoh yang akan mengakhiri hidupnya disaat orang-orang yang berada dibawah sana sedang berjuang untuk mempertahankan hidupnya." jawabku lalu tersenyum.
Dia terkekeh. Pedih. Dia tidak benar-benar tertawa. Namun dia sedang menahan rasa sakit dengan kekehan nya. Aku mendorong roda kursi ku maju, kearahnya. Lalu berhenti tepat dihadapannya. Kini kami sedang berada di rooftop rumah sakit. Saat aku baru sampai disini, aku melihatnya yang sudah berdiri tepat disamping pagar pembatas yang hanya sebatas betis tingginya.
Aku menepuk tangannya. Lalu meminta nya untuk membantuku bangun. Ia terlihat bingung, "Bantu aku berdiri," ujarku.
Ia membantuku. Lalu saat aku sudah berdiri, kepalaku terasa sedikit pusing, karna memang keadaanku belum benar-benar pulih pasca operasi. Ia terlihat sedikit khawatir, terbaca dari raut wajahnya. Aku terkekeh kecil, "tidak perlu khawatir, aku tidak apa-apa." kataku lalu aku merentangkan tanganku. Aku mendongak karna memang ia sangat tinggi dibanding diriku. "Kemarilah..." ujarku tersenyum.
Ia bingung, namun setelahnya ia menuruti perintahku. Aku memeluknya erat. Mengelus punggungnya dan berusaha membuatnya nyaman dalam dekapanku. Tak lama, ia pun membalas pelukanku. Ia meletakkan kepalanya diceruk leherku. Aku mengelus kepalanya, "tidak apa, menangislah... Kau tidak sendiri..." ujarku menenangkan.
Ia diam, namun aku tau jika ia tengah menangis. Air matanya mengalir, mengenai leherku. Aku terus diam seraya terus mengelus punggung dan kepalanya. Ia rapuh, ia benar-benar laki-laki rapuh. Badannya terlihat begitu kuat, namun tidak dengan hati dan jiwanya. Aku bisa merasakan itu.
"Semua akan baik-baik saja, ada aku." bisik ku lirih ditelinga nya.
Ia mengangguk dan semakin erat mendekap ku.
*****
—20.08.28. _Sagi—