Chereads / Kevina, I'm with you / Chapter 2 - Permen Kapas

Chapter 2 - Permen Kapas

"Bunda..."

"Iya sayang, dibawah sini!!" balas bunda dari arah dapur. aku pun menuruni anak tangga menuju dapur.

"Kenapa, sayang?" Tanya bunda saat aku memeluknya dari belakang. "Hari ini Nana mau jalan-jalan.." ujar ku manja sambil menduselkan kepalaku dipunggung bunda.

"Duh geli sayang..." kata bunda melepaskan pelukanku dan membalikkan badannya ke arah ku. "Nana mau jalan-jalan kemana?"

"Ga tau..." jawabku sambil menatap matanya. Bunda menarik nafasnya pelan, kemudian mengusap rambutku penuh sayang. "Nanti Nana kecapekan..."

"Tapi Nana bosen didalem rumah terus, Bun... Nana mau jalan-jalan. Lagian ini kan weekend, Bu Olla juga ga akan datang." ucapku memohon.

"Ijinin aja, Bun. Sekali-sekali, kasian juga Nana didalem rumah terus. Dia kan juga butuh refreshing." Tiba-tiba Ayah berucap dari arah belakang. Melangkahkan kakinya dan mendudukkan dirinya di kursi meja makan.

"Tapi, yah.." Bunda menatap Ayah, matanya terlihat cemas dan khawatir. "Tidak apa, Bun. Nanti Ayah akan minta Raven untuk menemani Nana." ujar ayah menenangkan.

"Yasudah, sekarang kamu makan dulu ya. Bunda udah masakin makanan kesukaan kamu." Aku mengangguk dan mencium pipi bunda. Kemudian langsung berlari menuju meja makan dan mencium ayah juga. "Makasih ayah..." bisik ku kecil didepan telinganya.

Ayah terkekeh kemudian mengusap kepalaku penuh sayang. "Sama-sama."

Namaku Putri Kinara. Orang-orang terdekat ku akan memanggil ku dengan nama Nana. Katanya nama itu cocok untuk aku yang menggemaskan ini. Aku memang memiliki tubuh yang lebih pendek dibanding anak seusiaku yang lainnya. Rambutku juga pendek. Aku memiliki wajah yang kecil dan putih. Bahkan jika aku sedang keluar hanya untuk sekedar jalan-jalan di taman kompleks, mereka yang tidak mengenalku pasti akan mengira jika aku adalah anak SMP, padahal umurku akan genap 17 tahun beberapa bulan lagi. Hahaha

Omong-omong tentang Bu Olla, dia adalah guru private ku. Sejak kecil aku selalu homeschooling, bahkan hingga saat ini. Karna ada beberapa hal yang membuatku tidak bisa terlalu lama beraktivitas diluar. Karna itulah Bunda sangat khawatir saat tadi aku meminta ijin padanya untuk jalan-jalan keluar.

*****

Sekarang aku sedang duduk di kursi teras, menunggu Kak Raven yang akan menemaniku untuk jalan-jalan.

Tin...tin...

Itu suara klakson mobil Kak Raven, aku hapal betul dengan suaranya karena ia sering kemari untuk menemaniku dirumah jika Ayah atau Bunda sedang keluar. Kak Raven adalah anak dari kakak bundaku. maka dari itu bunda sangat mempercayainya.

"Hai, Na..." sapa kak Raven saat dirinya telah keluar dari dalam mobilnya.

"Hai, kak..." balasku ceria sambil memamerkan gigi kelinciku. Kak Raven terkekeh, mendekat ke arahku lalu mengusap pucuk kepala ku. "Mau langsung berangkat?" tanyanya.

Aku mengangguk dan langsung berdiri.

"BUNDAAA!!! NANA BERANGKAT YA!!!" Teriak ku kepada bunda yang berada didalam rumah.

"RAVEN UDAH DATENG??" tanya bunda ku yang sepertinya masih sibuk dengan adonan kue didalam.

"UDAH BUN, SEKARANG NANA SAMA KAK RAVEN BERANGKAT YAAA.!!!"

"IYA HATI-HATI SAYANG.... RAVEN TOLONG TITIP DAN JAGAIN NANA YAAA..." pesan bunda pada Kak Raven. Kak Raven menggelengkan kepalanya dan terkekeh kecil. "SIAP BUN!" Jawab kak Raven.

Ia itu memang memanggil bunda ku dengan sebutan yang sama, tidak memanggil dengan embel-embel Tante, aunty, atau sebutan lainnya. Karna kata kak Raven itu adalah kemauan bunda ku sendiri agar memanggilnya bunda. Katanya, saat kak Ravem masih kecil, bunda bilang pada kak Raven jika ia masih muda dan tidak ingin dipanggil tante ataupun aunty olehnya. Maka dari itu ia hanya ingin dipanggil bunda saja padahal saat itu bunda masih belum menikah dengan ayah. Hihi lucu memang jika mengingat hal-hal seperti itu.

Aku dan kak Raven melangkahkan kaki menuju mobil. Lalu aku duduk di kursi depan samping kemudi. Saat mobil sudah berjalan, aku dan kak Raven hanya diam tidak ada yang membuka obrolan. Karna merasa bosan aku pun menyalakan radio yang ada didalam mobil ini.

"Nana mau jalan-jalan kemana?" Tanya Kak Revan membuka obrolan. Aku sedikit berfikir, meletakkan jari telunjukku di dagu. "Emm... Nana ga tau kak. Kalo kak?" Aku bertanya balik padanya.

"Loh, kan Nana yang mau jalan-jalan, masa Nana malah balik tanya." Kak Raven menggelengkan kepalanya dan aku hanya cengengesan. "Abis Nana bosen didalem rumah terus kak..."

"Gimana kalo kita main ke Dufan dulu?" Kak Raven memberi saran. Aku mengangguk semangat, "Mau mau kak!! Udah lama juga Nana ga main ke Dufan. Kesana terkahir kali waktu Nana masih kecil." Jawab ku dengan penuh antusias. "Tapi, yang bayarin kak Raven, kan?"

"Iya iya. Yang penting inget, kamu ga boleh main permainan yang memacu adrenalin. Bahaya!" Peringat kak Raven. Aku hanya mengangguk patuh padanya.

*****

Setelah puas bermain dan mengelilingi Dufan, aku dan kak Raven memilih pulang karna hari sudah sore. Namun saat melewati taman yang cukup indah aku menemukan penjual permen kapas.

"Kak Raven Nana mau itu..." ujar ku seraya menunjuk penjual permen kapas yang menarik perhatianku.

"Yauda tapi Nana ga boleh makan permen kapasnya terlalu banyak ya..." aku mengangguk saat mobil kak Raven hendak menyeberangi jalan.

"Abang, permen kapasnya satu yang gede ya!!!" ujarku penuh semangat. "Siap, neng!" balas penjual itu sambil mengacungkan jempolnya.

"Na, Kakak ke supermarket depan bentar ya, ada barang yang mau kakak beli dulu." ucap kak Raven saat dirinya tiba disampingku. Aku mengangguk, "jangan lama-lama." pesan ku padanya. Kak Raven mengangguk dan langsung pergi.

Aku melanjutkan memperhatikan pembuatan permen kapas yang terlihat menarik itu. Sungguh tak sabar aku untuk memakan permen lembut itu.

"Makasih ya, bang. ini duitnya." aku tersenyum menerima permen kapas itu dan memberikan uangnya.

Melangkahkan kakiku untuk memasuki lebih dalam area taman ini. Rasanya aku akan bosan jika menunggu kak Raven disana sambil terus berdiri. Aku mengedarkan pandanganku. Terkesima saat melihat ternyata ada danau besar saat memasuki lebih dalam area taman ini. Aku semakin maju untuk melihat lebih dekat danau ini. Airnya begitu bening sampai-sampai aku bisa melihat pantulan bayanganku sendiri.

"Hai!" aku menyapa diriku sendiri yang berada dibawah air itu kemudian terkekeh saat mengingat jika aku bertingkah seperti orang bodoh.

Aku mendongak, memperhatikan keadaan sekeliling danau ini. Namun pandanganku berhenti saat aku melihat seseorang yang duduk sambil memeluk lututnya dengan pandangan kosong dibawah pohon rindang itu. Aku membawa kakiku kearahnya. Ke arah orang itu. Saat sudah sampai didekatnya aku sedikit terkejut. Wajahnya banyak dipenuhi memar. Meski ia menutupinya dengan kupluk Hoodie yang ia gunakan, aku masih bisa melihatnya sedikit karna sekarang aku sedang berdiri tepat dihadapannya.

"Kau..." kata-kataku terpotong saat suara paraunya terdengar.

"Pergi." ia begitu lemah saat mengucapkannya. Aku menggeleng lalu memilih duduk disampingnya.

"Pergi." Ucapnya lagi dengan suara yang dingin.

"Nanti dulu. Aku akan pergi saat kau mau menghabiskan permen kapas ini bersamaku." ucapku ringan. Aku membuka plastik yang melindungi permen kapas ku lalu menyodorkannya kepada orang itu.

Dia menggeleng, "Pergi." Sekarang dengan suara paraunya lagi.

"Habiskan dulu ini denganku. Lalu setelah itu aku akan pergi." aku tetap memaksanya.

"Itu bukan milikku. Dan aku tidak mengenalmu." Ujarnya.

"Tapi aku tidak bisa memakan permen kapas sebanyak ini sendirian. kakak ku pasti akan memarahiku." Aku masih terus berusaha.

"Apa aku peduli padamu?" tanyanya, kali ini matanya menatap mataku. Aku tersenyum dan menyuapkan permen kapas ini kepada-nya secara paksa. Awalnya ia menolak, namun terus ku paksa hingga ia membuka mulutnya.

"Jangan sedih. Aku dan permen kapas ini akan menemanimu." ujarku seraya tersenyum menatap mata sayunya.

Ia diam. Namun bisa kulihat jika bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Kami memakan permen kapas itu dengan diam. Tidak ada yang memulai obrolan diantara kami.

"NANA!"

Aku mengedarkan pandanganku. Mencari pemilik suara itu. Ah, ternyata kak Raven.

"DISINI KAK!" balas ku melambaikan tangan kearahnya.

Ia mendekatiku dan menarik tanganku. "Ayo pulang, sebentar lagi akan hujan. Bunda juga udah nanyain kamu terus dari tadi." ucapnya tergesa-gesa dengan nafas tersengal.

Aku mendongak, memperhatikan langit yang ternyata sudah hampir gelap, padahal tadi saat aku baru kesini cuacanya sangat cerah. Bahkan langit barat itu nampak memperlihatkan jingganya. Ah, mungkin aku terlalu menikmati suasana dibawah pohon rindang ini dengannya sampai aku lupa dengan perubahan langit itu.

"Iya iya kak. Oh ya kak, kenalin ini..." belum selesai aku mengenalkan sosok disamping ku, ucapan ku terhenti saat aku sadar jika aku tidak mengetahui namanya.

"Ayo cepatan, Na. Nanti bunda khawatir." kak Raven semakin tak sabar. Matanya melirik kearah sosok yang duduk disamping ku itu.

Aku mengangguk. "Iya iya. Ini, permen kapas ini untuk mu saja. Sampai jumpa lagi, byeee...." kataku memberikan permen kapas yang masih tersisa itu kepadanya.

Ia hanya terdiam tanpa mau memperlihatkan wajahnya pada kak Raven. Sampai kak Raven menarik ku menjauh matanya denganku bertemu. Aku tersenyum dan melambaikan padanya yang hanya dibalas senyum tipis olehnya.

*****

—20.09.05._Sagi—