Chereads / Istriku Cintaku / Chapter 1 - Episode 1

Istriku Cintaku

Etik_8527
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 6.6k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Episode 1

__________________________________

Ketukan pintu terdengar dari ruang CEO, dan sekretaris nya mengatakan jika ibunya datang. Russel, CEO Flaminggo advertising yang sedang menatap laptopnya mengalihkan pandangan nya dan menyuruh nya masuk.

"Hai Mom. " Sapa Russel menghampiri Mommy nya dan memeluknya.

"Hai Son.. Bagaimana kabarmu.? " Tanya Rosaline pada anak nya.

"I'm good. " Jawabnya lalu mempersilahkan ibunya duduk.

"Okay, Mommy kesini karena ada yang ingin Mommy katakan padamu. So, Daddy mu ingin kita makan malam bersama malam ini. Jadi, luangkan waktumu okay? " Kata Rosaline.

Russel mengerutkan keningnya, sepertinya ada yang ingin di bicarakan serius oleh kedua orang tuanya. Firasatnya tidak baik.

"Okay, "

"Jam 8 malam nanti Mommy akan mengirimkan pesan padamu dimana kita makan malam. Oke. Bye son. " Rosaline keluar dari ruangan itu.

Russel menyenderkan bahunya ke belakang, menatap langit-langit. Sepertinya malam ini dia tidak bisa bersenang senang dengan para wanita nya.

***

Ruangan yang ber dominasi warna putih itu terlihat hening. Pemiliknya sedang menatap figura foto dirinya bersama dengan laki-laki yang dia cintai.

Tangan nya terulur menyentuh wajah laki-laki yang tersenyum, begitu bahagia. Kedua wajah itu sangat bahagia, hingga maut itu memisahkan mereka.

"Tunggu aku sayang. " Gumam lirih wanita itu begitu pedih.

Tidak lama terdengar dering ponsel nya. Menyebabkan wanita itu kembali sadar dari lamunan nya.

"Hallo."

"Sayang, kau tidak sibuk bukan? " Suara ibunya terdengar di telinga nya.

"No, what happen? "

"Ahh begini, nanti malam Dadda dan Momma ingin makan malam dengan mu. Kau bisa kan? "

"Okay Mom, kau beritahu saja dimana kita bertemu. Akan aku usahakan datang. " Jawabnya datar.

"Baiklah honey, bye. "

KLEK TUTTTTTT

Wanita itu menghela nafas, meletakan ponselnya dan membuka laptopnya. Ia harus bekerja, mungkin beberapa bisa ia tunda nanti.

Tidak lama ada pesan dari Momma nya untuk datang ke sebuah restoran. Tepatnya nanti jam 8 malam, dia harus datang kesana.

Wanita itu hanya melirik nya sekilas lalu melanjutkan pekerjaan nya. Hari ini cukup banyak pekerjaan nya karena kemarin ia bolos bekerja karena harus ke suatu tempat.

Tempat yang membuatnya tenang dan nyaman. Tempat itu sekarang menjadi tempat favorit nya ketika suntuk dan lelah.

Tidak terasa waktu sudah menunjukan waktu 18:00 sore. Wanita itu menutup laptopnya dan keluar dari ruangan nya.

"Anie, aku pulang dulu. Kau juga, jangan terlalu malam. " Ucapnya pada sekretaris nya.

"Oke mam. "

Wanita itu masuk lift dan turun ke basement. Keluar dari lift, dia berjalan ke mobilnya dan masuk. Jalanan london ramai seperti biasanya, hal itu sudah menjadi rutinitas baginya. Bahkan sebenarnya dia ingin lembur di kantor tadi jika Momma nya tidak memintanya pergi makan malam.

***

Suasana restaurant bergaya Italia itu terlihat ramai, Russel masuk dan melihat sekitar untuk menemukan kedua orang tuanya yang mengatakan jika tempat ini lah mereka janjian.

Mata coklat terang itu menemukan kedua orang tuanya, tetapi tidak hanya berdua melainkan ada sepasang orang tua yang juga ikut duduk bersama mereka.

Russel menghampiri mereka dan menyapanya.

"Hai Mom Dad."

Rosaline dan Edward menoleh dan tersenyum lebar melihat anaknya sudah datang.

"Hai son. " Rosaline mencium pipi Russel dan memeluknya. Sedangkan Edward hanya memeluknya sekilas.

"Oh ya, kenalkan ini teman Mommy. Thomas Robinson dan Nancy. " Rosaline memperkenalkan pasangan itu pada Russel.

Nancy tersenyum dan Thomas hanya menatapnya datar. Russel mengulurkan tanganya pada mereka dan disambut baik. Russel duduk di depan mereka.

Mereka memesan meja yang terdiri dari sofa yang berbentuk setengah bundar dan dua kursi. Para orang tua itu sudah duduk di sofa, dan Russel duduk di kursi. Sedangkan kursi satunya masih kosong.

"Kau mau pesan lainya? " Tanya Rosaline menanyakan selera anaknya.

"No Mom. Ini saja. " Tolak nya.

Russel melirik Nancy yang gelisah dan melirik pintu masuk. Apakah mereka menunggu seseorang?

Tidak lama, Russel mendengar suara perempuan di belakangnya. "I'm sorry, i'm late. "

Russel menoleh dan mendongak. Matanya bertemu dengan sosok wanita berambut coklat hitam panjang dengan pakaian santai nya. Wajahnya cantik, tapi tidak ada ekpresi bersalah seperti perkataan nya tadi.

Wanita itu melirik russel sekilas dan kembali menatap orang tuanya. Russel menaikan alisnya ketika merasa dirinya hanya sebatas dilirik? Apakah wanita ini tidak terpesona dengan nya?

"It's okay darling. Duduklah. " Suara Nancy terdengar oleh Russel dan dia kembali bersikap santai.

Wanita itu duduk disamping Russel.

"Okay, kenalkan dia Evelyn, putriku. " Ucap Nancy dengan semangat.

"Oh Hai sweetie.. Kau cantik sekali malam ini. " Suara Rosaline terdengar antusias.

Evelyn hanya tersenyum tipis menanggapi nya. "Kenalkan aku Rosaline dan ini suami ku Edward. Dan oh ya, disamping mu itu putra ku namanya Russel. "

Rosaline begitu semangat ketika mengenalkan Russel pada Evelyn. Evelyn kembali menoleh pada Russel dan hanya menatapnya tanpa mau berbicara.

Bahkan wajahnya masih terlihat datar. Ada apa dengan wanita ini? Pikir Russel.

Rosaline tertawa garing ketika Evelyn tidak bereaksi. Hal itu justru membuat Nancy merasa sedih, karena putrinya tetap sama. Tidak ada perubahan.

"Baiklah. Kita makan dulu, nanti ada yang ingin kami sampaikan pada kalian. " Kata Rosaline.

Russel sebenarnya ingin bertanya pada orang tuanya, tapi sepertinya bukan saatnya. Makan malam itu di lalui dengan hening. Masing-masing dari mereka tidak ada yang mau berbicara, atau lebih tepatnya mereka hanya saling lirik dan memendam nya di hati.

"So, kami ingin mengatakan pada kalian jika kami sepakat untuk menjodohkan kalian. " Kata Rosaline ketika mereka sudah selesai makan malam.

Sontak Russel membuka matanya lebar-lebar dengan jantung yang kaget. Dia tidak tahu harus berkata apa, ini benar-benar menganggetkan nya.

"What?! Mom, don't joke to me.!! " Seru Russel pada Mommy nya.

Ia melirik wanita di sampingnya untuk melihat reaksinya. Tidak banyak berubah, namun sorot matanya menajam ke arah orang tuanya. Russel menatap ke bawah dan melihat tangan wanita itu terkepal kuat. Tapi anehnya, wajahnya tidak terlihat marah. Hanya datar.

"Mommy tidak bercanda, son.! Kami sudah sepakat, dan Daddy mu juga sudah setuju. " Ucap Rosaline menatap suaminya meminta bantuan.

"Benar, Daddy setuju. Daddy sudah muak dengan mu yang berganti jalang setiap hari.! " Kata Edward menatap tajam putranya.

"Ayolah Dad, aku masih muda. Wajar jika aku masih ingin senang-senang. " Elak Russel.

Sedangkan Evelyn menatap kedua orang tuanya dengan pandangan kecewa.

"Darling... "

SREKKKK

Kursi samping Russel tergeser membuatnya menoleh dan melihat wanita yang bernama Evelyn itu sudah berdiri.

"We talk letter. I'm sorry i've to go. " Ucapnya menoleh dan membungkukan badanya pada Rosaline dan Edward sebelum pergi.

Russel memandang punggung Evelyn hingga tertelan pintu restaurant. Benaknya berfikir apakah wanita itu menolaknya? Seorang Russel? Ditolak?! What?!

Russel mendenggus dan kembali menoleh kedepan. Dia tersentak ketika melihat kedua orang tua nya menatapnya curiga.

"What? " Tanya Russel sedikit gugup. Dia seperti dicurigai sedang mencuri sesuatu.

"Kau menyukai nya bukan? " Itu bukan pertanyaan melainkan pernyataan dari Rosaline ketika melihat putranya yang tidak berkedip melihat Evelyn pergi.

"Hah... " Wajah Russel cengo, dia tidak tahu apa yang difikirkan oleh ibunya itu. Hingga dia bisa speechless.

"Sudahlah, Mommy tahu kau menyukai Evelyn. " Rosaline mengibaskan tangan nya. Wajahnya meledek putranya yang ketahuan itu.

"Ahhh ya, bagaimana dengan Evelyn, Nancy? " Tanya rosaline ketika tersadar.

Nancy menoleh dan tersenyum tipis, putrinya begitu kecewa padanya. Sorot mata itu, apakah Evelyn marah? Ini semua untuk kebaikan nya. Nancy tidak ingin Evelyn terus-menerus berkubang dalam masa lalu.

"Aku pastikan dia akan menerimanya, Ros. " Jawab Nancy dengan lembut. Suara Nancy memang lebih lembut ketimbang Rosaline yang cempreng.

Rosaline menatap Nancy maklum. Dia tahu apa yang dirasakan oleh sahabat nya itu. Pasti berat jika anaknya akan seperti Evelyn.

"Oke, aku tahu kau bisa. " Ucap Rosaline menyemangati sahabatnya.

"Baiklah, kami permisi dulu. Sampai jumpa, Russel. " Nancy dan Thomas beranjak dan bersiap pergi.

"Sampai jumpa kembali Mr. Dan mrs. Robinson. " Jawab Russel menyalami mereka berdua, dan tinggal mereka bertiga yang masih di restaurant Italia itu.

"So, kau harus berjanji pada kami Russel. Kau akan menikah dengan Evelyn.! "

"Mom---"

"Atau kau, ingin perusahaan mu bangkrut malam ini.. " Sambung Daddy nya dengan mengancam.

Russel menggeram melihat kedua orang tuanya kompak untuk memaksanya menikah. Russel benar-benar tidak ingin menikah. Dia masih muda, dan dia masih banyak yang ingin dia kerjakan.

Bagaimana bisa orang tuanya justru menjodohkan nya sekarang?

"Fine.! Terserah Mommy dan Daddy. " Kata Russel pasrah. Dia benar-benar tidak bisa melawan mereka.

Rosaline dan Edward tersenyum menang, putranya akhirnya menurut.

"But, sepertinya wanita itu akan menolak. " Ucap Russel dengan gaya tengilnya. Menatap kedua orang tuanya yang langsung sadar jika apa yang dia katakan benar adanya.

Diam-diam Russel senang jika nantinya Evelyn itu akan menolak perjodohan ini. Tapi, dalam hatinya dia begitu penasaran dengan nya. Kenapa wanita itu berbeda? Atau itu trik nya untuk membuatnya tertarik?

"Itu bukan urusan mu. Biar kedua orang tuanya yang meluluhkan nya. Mommy yakin, Evelyn akan menuruti ibunya. " Ucap Rosaline yakin.

"Yeah, dan pastinya dengan ancaman seperti kalian." Sindir Russel pada kedua orangtuanya yang langsung mendapat pelototan dari mereka berdua.

"Itu berbeda, kau memang harus diancam. Jika tidak, kau tidak akan mau.. " Ucap Rosaline beralasan.

"Ya ya ya, terserah kalian. Aku mau kembali ke apartemen. " Russel suntuk, dia berdiri dan pergi tanpa berpamitan dengan mereka.

Russel perlu mendinginkan kepalanya yang terasa meledak. Malam ini, dia benar-benar shock berat. Dan sepertinya, hari-hari berikutnya akan seperti neraka baginya.

Oh Tuhan.! Dia tidak ingin masa senang-senang nya berakhir. Bagaimana nanti nasib para wanitanya? Apakah mereka akan sedih? Ohhh no.!!!

Maafkan pangeran kalian, ladies. Pangeran ini akan segera menjadi Raja dengan Ratu di sampingnya. Huhuhu.