Chereads / Istriku Cintaku / Chapter 2 - Episode 2.

Chapter 2 - Episode 2.

Ruangan itu gelap, hanya sinar rembulan yang masuk dari jendela yang tidak ditutup. Didalam ruangan itu, ada siluet wanita berdiri menatap figura besar yang tergantung di ruangan itu.

Figura itu memperlihatkan pasangan yang bahagia. Tangan pria itu merengkuh tubuh wanita nya erat. Seolah takut jika wanita nya akan pergi.

Evelyn menatap nanar foto besar itu dengan perasaan pilu. Dia begitu rindu dengan sosok Peter yang selalu membuatnya tersenyum, membuatnya tertawa dan merasa bahagia memiliki Peter di hidupnya.

Flashback

Evelyn menggerutu kesal di depan boutique yang akan mereka datangi untuk fitting baju pernikahan mereka. Harusnya Evelyn bersama dengan calon suaminya, Peter. Tapi, hingga sekarang Peter belum juga datang.

Evelyn marah, dia kesal dengan Peter yang terlambat. Berkali-kali dia melihat pergelangan tangan nya untuk melihat jam. Ini sudah lebih dari 30 menit dari jam yang sudah ditentukan.

Akhirnya, Evelyn menelfon Peter lagi. Tadi dirinya sudah menelfon, dan Peter menjawab jika dia akan segera datang. Tapi, ini sudah lebih dari 30 menit.!

"Hallo. Kau dimana sekarang?! "

"Tunggu sebentar baby, oke.. Aku sedang berada di jalan. Sebentar lagi aku akan sampai. Jalanan macet sayang... " Suara Peter tidak keras ataupun kesal. Justru Peter terdengar sabar dan lembut. Tapi, Evelyn sudah kesal. Dia tidak menghiraukan Peter yang dengan sabar menjawab nya.

"Ini sudah 30 menit, Peter.! Kau sebenarnya serius tidak dengan pernikahan kita?! " Geram Evelyn. Nafasnya memburu, wajahnya sudah merah padam. Dia malu karena sedari tadi banyak yang melihatnya dan pelayan pun selalu bertanya kapan fitting bajunya.

"Serius sayang. Aku lupa, benar-benar lupa jika hari ini fitting bajunya. Maafkan aku sayang.. " Sesal Peter, dia benar-benar lupa jika hari ini adalah jadwalnya mereka fitting baju. Jika Evelyn tidak mengatakan nya mungkin dia akan seharian ini ada di kantor.

Evelyn mendengus kesal, calon suaminya itu lupa dengan jadwal mereka fitting. Itu bukan hal yang sepele. Harusnya Peter tahu jika mereka akan fitting, itu artinya mereka sedikit lagi akan menikah. Kenapa hal itu justru dilupakan. ?

"Kau benar-benar keterlaluan, Peter.!! Sudahlah, kau tidak perlu kemari.!! Aku sudah muak.!! Dan aku tidak ingin melihatmu lagi..!! "

"Tunggu... Sayang.... Say___"

KLEKKK TUUT TUUT TUUT

Evelyn menutup panggilan itu sepihak. Mengabaikan suara Peter yang memohon padanya. Dia sudah terlanjur marah.

Dengan mencegat taksi, Evelyn akhirnya pergi dari boutique itu. Dia ingin segera pulang. Akhir-akhir ini setelah Peter melamarnya dan menentukan tanggal pernikahan, dia selalu sibuk di kantor. Dia tidak punya waktu untuknya.

Evelyn berfikir bagaimana mereka akan menikah jika calon suaminya tidak mempunyai waktu untuk merencanakan pernikahan mereka? Kenapa hanya dirinya yang sibuk dan mengatur semua untuk pernikahan mereka? Dari gaun hingga gedung, Evelyn yang memilih dan memesan nya.

Peter? Dia hanya Terima jadinya saja. Dan sekarang, hanya untuk fitting saja kenapa dia juga yang harus menunggu lama? Kenapa seolah-olah Evelyn yang bersemangat untuk menikah? Sedangkan Peter tidak?!

Evelyn memejamkan matanya sejenak untuk menstabilkan emosinya. Dia tidak boleh terlihat marah sampai dirumah. Bisa-bisa Momma nya akan bertanya-tanya.

Ketika taksi yang membawanya berhenti, Evelyn pikir mereka sudah sampai. Tapi, saat dia membuka matanya, Evelyn masih melihat jalanan padat.

"What happen sir? " Tanya nya pada sopir taksi.

"I'm sorry mam, sepertinya ada kecelakaan didepan. "Jawab sopir taksi.

Evelyn mengangkat kepalanya dan melihat banyaknya mobil didepan yang juga berhenti. Ada kepulan asap di atas.

'Sepertinya kecelakaan nya parah. 'Batin Evelyn.

" Saya turun sebentar, nanti saya kembali. "Ucapnya pada sopir dan membuka pintu taksi.

Evelyn berjalan ke arah kumpulan orang-orang yang sedang melihat kecelakaan itu. Dengan berdesak-desakan, Evelyn mencoba membelah kerumunan itu untuk melihat siapa yang kecelakaan.

" Permisi... "Evelyn menerobos hingga akhirnya dia berada di depan dan melihat mobil yang terasa familiar baginya terbalik. Mobil Honda Lexington Ky warna putih itu remuk dan hancur.

" Mobil itu___."

DEG

Evelyn melebarkan matanya tidak percaya ketika paramedis dan polisi mengeluarkan pria yang wajahnya berlumuran darah. Nafas Evelyn terasa sesak, pria itu adalah Peter. Evelyn menutup mulutnya tidak percaya dengan apa yang dia lihat sekarang.

"No.! No.! No Peter.! Noooo.... " Evelyn berteriak histeris. Dia menerobos polisi yang berjaga agar warga tidak ada yang memasuki radius terdekat.

Polisi itu menahan Evelyn, dan dia berontak. "He's my Fiance.! Please I need to see it.!! Please... Please.. Please... " Evelyn memohon seperti orang gila. Dia menangis melihat Peter yang sudah keluar dari mobil itu dan di angkat keatas.

Evelyn terus meronta dan akhirnya dia terlepas dari berlari kearah Peter.

"Peter... Peter.. Wake up baby.. Please... Please open your eyes... Please... " Nafas Evelyn tercekat, melihat wajah Peter penuh dengan darah. Tangan nya gemetar ketika mengusap pipi Peter. Dia tidak sanggup melihat Peter dengan keadaan seperti ini.

Tabung oksigen sudah terpasang di wajah Peter. Evelyn menatapnya memohon , dia ingin melihat Peter membuka matanya.

"Mam, tolong jangan menganggu paramedis. " Evelyn menoleh melihat polisi yang mencekal tanganya. Dengan air mata yang berurai dia menatap polisi itu kesal.

"Dia tunangan ku, dia calon suamiku.!! Aku berhak melihatnya.!! "

"Oke, baiklah. Kalau begitu, kau bisa ikut mereka ke rumah sakit. " Ucap polisi itu mengalah. Dia tidak ingin ada keributan.

Evelyn tidak menjawab dan masuk kedalam ambulans. Evelyn terus memegang tangan Peter, dia tidak peduli jika dia juga akan berlumuran darah.

"Peter.. Please stay with me.. Kumohon baby.. Aku sudah tidak kesal lagi padamu. Sekarang buka matamu, kau harus melihatku memakai gaun yang sudah kau pilih. Bukankah kau ingin melihatnya? Ayolah baby, buka matamu... " Evelyn begitu takut, dia takut jika Peter tidak lagi membuka matanya.

Evelyn merasakan gerakan kecil di tangan Peter. Mengusap air matanya, Evelyn melihat Peter membuka matanya perlahan.

"Baby.. Peter.. " Evelyn rasanya bahagia melihat Peter membuka matanya.

Samar-samar Peter membuka matanya dan melihat Evelyn--wanita yang dia cintai-- menatapnya bahagia. Dia ingin mengatakan sesuatu pada Evelyn.

Alena melebarkan matanya ketika Peter melepas tabung oksigen itu dan tersenyum padanya. "Kenapa kau lepas, pakai lagi.. Kau harus memakainya... " Tangan Evelyn terhenti ketika Peter menangkap tanganya yang ingin memakaikan alat itu padanya.

"Akhirnya aku bisa melihatmu, untuk terakhir kalinya.... Sayang... " Dengan suara lirih dan terbata-bata, Peter mengucapkan nya dengan tersenyum.

"Apa yang kau katakan.. Don't say it again.. Atau aku akan marah lagi padamu... "Evelyn memalingkan wajahnya, hatinya terenyuh melihat senyum Peter di sela kesakitan nya.

Peter terkekeh pelan, dia bersyukur bisa melihat Evelyn lagi. " Maafkan aku sayang.. Aku tidak bisa melihatmu memakai gaun itu.. "Ucap Peter lagi. Suaranya serak, nafasnya seperti terputus-putus.

Evelyn kembali menatap Peter. " Kau akan melihatnya. Kita akan menikah, kau akan sembuh Peter. Please don't do that... "Evelyn menangis, dia merasa Peter ingin mengucapkan salam perpisahan. Dan itu membuat nya hancur. Dia tidak ingin mendengar nya.

" Don't cry baby.. "Tangan Peter terulur menyeka air mata Evelyn. Sungguh hati Peter terasa hancur melihat nya. " I'll stay with you.. In here... "Tangan nya turun dan menunjuk dada Evelyn.

" Maafkan aku.. Membuatmu.. Kesal.. Maafkan aku baby... "Nafas Peter mulai tersenggal. Evelyn menangis tidak kuat.

" Can.. You... Give.. Me.. Kiss.. Baby.. "Pinta Peter dengan sorot mata lembutnya.

Dengan bibir gemetar, Evelyn menundukan wajahnya. Mencium kening Peter hingga bibir laki-laki itu yang sudah mulai dingin.

CUP

PIP PIP PIP PIP PIP

Suara elektromagnetik yang berada di dalam ambulans terdengar cepat. Evelyn mendongak dan melepas bibirnya, melihat Peter yang sudah memejamkan matanya. Para perawat langsung sigap,mengembalikan selang oksigen dan memeriksa denyut nadi Peter.

"Apa yang terjadi? " Tanyanya pada perawat.

"Denyutnya lemah sekali. Kita harus cepat sampai kerumah sakit. " Jawab perawat itu.

Evelyn mengusap air matanya, kembali menunduk dan menggenggam tangan Peter.

Sampai di rumah sakit, Peter langsung di dorong keruang gawat darurat. Evelyn menunggu dengan cemas.

Tidak lama kedua orang tua Peter datang dengan raut wajah cemas.

"Evelyn, bagaimana Peter? Kenapa bisa seperti ini? " Juli-ibu peter--bertanya pada Evelyn. Dia juga sama khawatir nya.

Juli terpekik ketika melihat tangan Evelyn berlumuran darah. "Astaga.! Ini darah siapa Eve?! " Tanya nya histeris.

Evelyn melihat tanganya yang penuh darah. "Ini... Ini darah Peter, Mom. " Jawabnya lemah.

"Astaga.. "

Juli memeluk suaminya, mereka Shock ketika mendengar kabar putranya kecelakaan. Juli dan David langsung menuju kerumah sakit dengan perasaan campur aduk.

Tidak lama, dokter keluar dari ruangan itu dan menghampiri mereka.

"Bagaimana putra saya dok? Dia baik-baik saja bukan? " Tanya Juli.

"Dia baik-baik saja bukan? Katakan.!! " Tuntut Evelyn.

Dokter itu menghela nafas sebelum berkata. "Maaf.. Pasien sudah tiada.. Dia sudah meninggal. "

Thanks for Reading. Jangan lupa tinggalkan jejak kalian, like and coment. ☺🤗.

Hope Enjoy... 😺😺.