Chereads / Nyonya Jomblo Mencari Cinta / Chapter 3 - Tetangga Baru Wadidaw

Chapter 3 - Tetangga Baru Wadidaw

Barang siapa beriman kepada Allah, dan hari akhir, hendaklah ia berbuat baik kepada tetangganya." (HR Bukhori)

Berdasarkan keyakinan kepada hadist tersebut dan sebagai makhluk ciptaan Allah yang beriman kepada-Nya dan hari akhir maka dengan ini Riv akan memberlakukan tetangga baru---satu minggu lalu yang tidak Riv sadari---dengan baik.

Bagaimana mungkin Riv sampai tidak menyadari jika Tante Rina sudah pindah dan berganti dengan orang baru yang seperti apa, Riv tidak tahu. Namun menurut pengamatannya, sang mama sudah dekat dengan tetangga barunya ini.

Mungkin tetangga barunya seorang perempuan seusia mama atau pasangan baru menikah dan memilih pindah dari rumah orang tua agar hubungannya tidak dicampuri---dari novel yang sering Riv baca begitu. Yang pasti siapapun itu akan Riv perlakukan dengan baik.

Maka dari itu, untuk langkah awal Riv hanya perlu memasang wajah ceria, cerah dan tersenyum empat lima. Dia mengucapkan bismillah sebelum mengetuk pintu berwarna coklat tersebut.

"Assalamualaikum."

Widih, mengucap salam saja suara Riv sudah sangat merdu. Maka dengan begini dia bisa menarik empati siapapun tetangga barunya ini. Siapa tahu juga ada makhluk berjenis kelamin laki-laki di sini yang tampan dan masih single sehingga bisa---WOW.

Shining shimmering glowing and mwening!

Ajigile! Riv mengerjabkan matanya saat netra coklatnya itu menangkap sesosok makhluk berbatang yang tampangnya ganteng menyilaukan mata.

Rambut terlihat acak-acakan namun hal itu malah menambah poin plus. Kaos polo yang membungkus badan atletisnya. Bisep yang menonjol saat tangannya memegang pintu. Pokoknya tubuh yang proporsional dan pas dilihat mata.

Beralih ke wajahnya yang blesteran. Netra hitam pekat yang menyorot Riv dengan tajam dan datar. Yaampun, hidungnya mirip perosotan TK, mancung banget bok. Bibir merah penuh yang cipokable, membuat perut perawan jomblo macam Riv geli. Apalagi kulitnya yang agak kecoklatan tapi sangat bersih tanpa noda dan jerawat. UWOW. Perfect, emejing, ruarrr biasaa.

"Kenapa?"

Wadawwww wadidaw, suaranya saja serak basah, manly sekali seperti perawakannya. Haduh, jiwa Riv rasanya tidak tenang kalau punya tetangga macam ini. Sungguh bodohnya Riv menganggurkan laki-laki secoooollll ini padahal bisa saja menjadi jodoh Riv nantinya, harapan Riv tidak muluk muluk kok.

"In... ini ada makanan dari Mam... ma," ucap Riv agak tergagap karena laki-laki itu menatapnya intens.

Laki-laki itu mengambil kresek yang dibawa Riv tanpa mengucapkan satu katapun. Dia masih diam saja begitupula Riv yang masih berdiri seperti orang bodoh di sana.

Kesempatan emas semacam ini tidak boleh Riv lewatkan. Maka dengan semangat agar masa kejombloannya segera usai, Riv berdehem dan mengulurkan tangannya kearah laki-laki tadi.

"Rivera Jernih Nareswantika. Riv," ucap Riv memperkenalkan dirinya dengan memasang senyum yang lebarnya selebar jalan tol.

Laki-laki di depan Riv hanya memandang uluran tangannya dengan tatapan datar terkesan tidak berminat sama sekali. Riv lalu menggoyang-goyangkan tangannya pelan tanda agar laki-laki di depannya membalas.

Laki-laki di depan Riv akhirnya membalas jabatan tangan Riv setelah lima detik tangan Riv hanya dianggurkan. "Riverdan Resandriya. Dan."

Apakah Riv harus sujud syukur sekarang? Bagaimana mungkin namanya dan nama laki-laki yang dipanggil Dan ini hampir mirip. Apakah ini tandanya jika laki-laki tampan di depannya ini adalah jodoh yang Riv nantikan selama sembilan belas tahun hidupnya di dunia yang fana ini?

"Wah, nama Om hampir sama kayak nama saya ya. Sama-sama sungai, apa jangan-jangan kita itu sebenarnya jodoh ya?" Tanya Riv ceplas-ceplos. Salahkan saja jiwa perawannya yang meronta-ronta saat melihat yang mening sedikit---eh mening banyak deng.

"Ngaco. Saya bukan Om kamu!" Bantah Dan lalu menutup pintunya dengan keras tepat didepan hidung Riv. Jika posisi berdiri Riv agak ke depan bisa bisa hidungnya yang tidak seberapa ini tambah pesek.

Eh gila! Gak ada sopan santunnya sama sekali. Penilaian Riv langsung hancur saat itu juga. Untuk apa wajah tampan jika attitude nol besar?

Karena pada kriteria keenam disebutkan bila sopan santun---termasuk sikap--- yang paling utama dalam pencarian pacar seorang Riv maka dengan itu, Dan dicoret dari pria idaman Riv.

"Galak bener, bisa ngelus dada mulu gue kalau jadi bininya," ucap Riv sambil memejamkan mata dan memilih untuk kembali ke rumah dengan perasaan dongkol.

***

Hari minggu seharusnya adalah hari untuk Riv malas-malasan. Tidur lagi setelah menjalani kewajibannya salat Subuh lalu bangun saat hari sudah siang. Seharusnya begitu, namun apa boleh dikata jika baru pukul enam sudah terdengar suara gedoran pintu yang menggelegar.

Riv hanya mengerutkan keningnya terganggu tanpa niatan sedikitpun untuk bangun dan melihat siapa yang dengan seenaknya menggedor pintunya. Lebih baik Riv mengeratkan selimutnya karena hawa dingin serasa menusuk tulangnya saat ini.

"Rivera bangun kamu!" Sayup-sayup Riv mendengar suara mamanya namun Riv hanya mengabaikan.

"Anak perawan bangun!" Ucap Ani---Mama Riv--- sambil mengetuk (baca: menggedor) pintu anak perempuan bungsunya yang malas minta ampun.

Ani menghembuskan napasnya keras lalu sekali lagi kembali memanggil Riv dengan teriakan yang lebih kencang. "RIVERA JERNIH NARESWANTIKA BANGUN ATAU MAMA DOBRAK PINTUNYA!"

Pintu terbuka dengan pelan yang kemudian menampilkan sosok Riv yang memakai piyama bergambar Frozen. Piyamanya tampak berantakan begitupula dengan rambutnya yang acak-acakan mirip orang gila.

"Apa sih Ma?" Tanya Riv pelan sambil menutupi mulutnya yang menguap lebar.

"Apa sih apa sih?! Cepet mandi, pagi-pagi itu jogging jangan tidur mulu!" Ucap Mama Ani lalu pergi meninggalkan Riv yang hanya bisa melongo.

"Auah mending tidur."

"Awas aja kalau sampai tidur lagi, uang jajan kamu Mama potong baru tahu rasa!"

Riv langsung lari menuju kamar mandi saat ancaman paling mengerikan daripada status jomblonya yang gawat darurat itu meluncur mulus dari mulut Mama Ani tersayang.

Riv bukan tipe perempuan yang akan menghabiskan waktunya berjam-jam hanya untuk mandi. Tapi Riv juga bukan perempuan yang sering mandi bebek, seringnya sih mandi satu hari sekali.

Riv adalah perempuan yang sangat menyukai menyanyi di kamar mandi karena saat bernyanyi di kamar mandi suaranya yang agak-agak fales tidak kentara. Bahkan suara cenderung bagus jika bernyanyi di kamar mandi. Mandi sambil bernyanyi itu adalah suatu kenikmatan yang haqiqi bagi Riv.

Setelah selesai memanjakan tubuhnya dengan mandi, Riv langsung berpakaian dengan baju olahraganya. Selama satu tahun belakangan ini dia jarang keluar rumah kecuali untuk berkuliah dan pergi bersama teman-temannya.

"Gue gak nyangka jadi sekudet itu setahunan ini sampai ada yang pindah seminggu yang lalu aja gue gak tau," gumam Riv seraya menyisir rambutnya dan mengikatnya.

"Tapi Alhamdulillah deh karena gak harus ketemu makhluk es kayak Om Dan kemarin. Eh tapi doi ganteng beut deh," lanjut Riv lalu tersenyum saat mengingat wajah Riverdan kemarin namun senyum itu lenyap saat dengan tidak sopannya Dan menutup pintu tepat di depan wajahnya. Asem memang.

Riv keluar dari kamarnya seraya menyenandungkan lagu. Rumahnya sangat sepi hari minggu ini entah kemana saja penghuninya. Yang pasti, sekarang Riv akan pergi.

Jangan tanya pergi kemana deh, pastinya Riv bakal jogging sesuai dengan perintah Kanjeng Maminya itu. Siapa tau aja waktu joging ada cowok-cowok manjalita yang terpesonah sama kecantikan Riv yang paripurna ini. Hahahaha, seharusnya dia lebih banyak bergaul dengan tetangga sekitar supaya tidak ketinggalan info up to date lagi.

Kalau tahu punya tetangga yang cucok macam Dan itu sudah pasti Riv tidak perlu repot-repot menebar pesonanya yang sudah tertumpah-tumpah lagi di luaran sana. Tinggal melipir di depan rumah, udah deh ketemu cowok cetar membahana. Untung-untung kalau Dan bisa suka sama Riv.

"Eh ujan gerimis aje, ikan bawal mau di asinin. Eh jangan liatin aje, Riv cantik udah dilahirin, " senandung Riv sambil membuka pintu rumahnya.

Huh, udara pagi memang segar sekali. Apalagi cahaya matahari pagi yang cocok untuk dede bagi dedek bayi yang emes-emes. Dulu waktu Riv masih kecil, mamanya sering membawanya berjalan-jalan menikmati vitamin D cahaya matahari pagi. Eh sekarang waktu udah gede mau keluar pagi aja rasanya males kalau gak ada kuliah, rasanya kasur itu bagai surga dunia.

Riv mulai berjalan keluar rumah sambil melirik---memandangi sambil memelototi--- rumah tetangga depannya yang hwat parah, keceh badai itu. Hm, masih sepi. Maklum sih lagipula menurut Riv, Dan itu masih perjaka ting-ting yang tinggal sendirian di rumah sebesar itu jadi maklum saja jika pagi-pagi rumahnya masih sepi. Mungkin nanti saat Riv sudah menjadi Nyonya Dan maka akan dibuat seramai mungkin rumah itu.

"Loh, Mbak Riv ngapain senyum-senyum sendiri?"

Bujug! Riv kaget setengah mampus, bagaimana bisa ada banyak ibu-ibu berdandan menor yang berdiri di sebelahnya yang kini berada di depan rumah Dan.

Satu dua tiga empat..... Waduh, mungkin ini ibu-ibu yang jumlahnya hampir setengah Rt sedang menunggu Bang Jack selaku tukang sayur keliling langganan orang sini kali ya.

"Waduh-waduh kok rame banget ini. Lagi nungguin Bang Jacky yang Bu?" Tanya Riv sambil melihat takjub kepada ibu-ibu yang hanya akan membeli sayuran namun dengan dandanan ala kondangan ini.

"Halah, ada yang lebih penting daripada beli sayurannya si Joko Jacky itu," kata seorang ibu-ibu yang Riv ketahui sebagai Bu Rt nya itu dengan mata berbinar-binar entah karena apa yang belum Riv ketahui pasti itu.

"Ap----"

"Aaaaaaaaaaaaaaa. Gakuku ganana."

Riv kaget saat mendengar suara melengking dari para ibu itu sambil melihat satu titik yang sama. Riv yang penasaran pun mengalihkan pandangannya kearah yang sama dan langsung membelalakkan matanya.

Astaghfirullah, Liam Hemsworth nyasar!

TBC