Chereads / Paman, Apakah Aku Layak Menjadi Simpananmu / Chapter 17 - Menerobos Lampu Merah Dalam Kondisi Mabuk

Chapter 17 - Menerobos Lampu Merah Dalam Kondisi Mabuk

Li Yan mengira kalau anak haram yang dijual ibu kandungnya ke ayahnya itu akan kehilangan kepercayaan dirinya, dan hidup dengan kepala tertunduk di Keluarga Qiao, tapi Qiao Mu malah bisa mengatasi semuanya dengan mudah, dia bisa bersikap santai di depan ibu tiri dan kakak yang menindasnya.

Padahal waktu itu dia baru berusia 5 tahun.

Keluarganya memberitahu dirinya kalau Li Yan adalah pamannya, tapi dia malah dengan lugu memanggilnya kakak, dan tidak mengganti sebutannya itu.

Secara diam-diam, Qiao Mu berkata pada Li Yan, "Kakak, jangan memberitahu ayah dan Bibi Yun kalau aku menangis, di rumah ini, mereka tidak mengijinkanku membicarakan ibuku, Qiao Ya bahkan berkata kalau ibuku adalah wanita yang jahat."

Li Yan pun menganggukkan kepalanya, dan Qiao Mu mengulurkan tangan lalu mengaitkan jari kelingkingnya dengan Li Yan, dia berkata kalau itu adalah rahasia mereka berdua.

Sudah banyak abu menumpuk di ujung rokoknya, panas rokok yang terasa di jarinya membuat Li Yan kembali tersadar dari lamunannya.

Dia mematikan rokok itu, sementara makhluk kecil di sebelahnya tampak bergerak kecil, mendekat kepadanya.

Sepuluh tahun sudah berlalu, dan karakter Qiao Mu benar-benar berubah. Tapi ada satu yang tidak berubah, yaitu keahliannya untuk mengganggu Li Yan.

Sesuai dengan harapan Qiao Mu, Li Yan pun sekali lagi berhasil tergoda olehnya! 

***

Di dalam tidurnya, Qiao Mu terlihat mengerutkan kening, bibirnya sedikit terbuka, sepertinya dia sedang memimpikan hal yang tidak menyenangkan.

Dalam mimpinya, sebelum ibunya membawa Qiao Mu bertemu dengan ayahnya, ibunya tanpa perasaan menawar harga dengan kata-kata tajam dan kejam, dia ingin menjualnya dengan harga yang bagus, kemudian ayahnya menggandeng tangannya dan membawanya meninggalkan ibunya.

Kemudian adegan berubah, kakak tetangga yang selalu dia sukai tiba-tiba menghilang, mereka sekeluarga sudah pindah, membuatnya hanya bisa menangis sedih, kesedihannya terasa begitu menyobek hatinya, dan hal ini harus dia rasakan ketika dia sudah pergi meninggalkan ibunya sendiri.

Hatinya terasa sakit, sampai akhirnya dia membuka mata, Qiao Mu baru sadar kalau dia hanya bermimpi.

Dia melamun, tatapan matanya tampak kosong, mimpi ibunya yang membuangnya itu sering dia alami, tapi ini baru pertama kalinya dia bermimpi Li Yan pergi.

Matanya sedikit basah, dia tersadar kalau dirinya menangis.

Mungkin ini semua karena Li Yan yang tiba-tiba muncul, dan membuat semua memorinya keluar lagi, tapi dia tak menyangka akan sesedih ini jadinya.

Qiao Mu melamun cukup lama baru akhirnya dia duduk, dan rasa sakit di tubuhnya membuatnya terkejut.

Kamar di depan matanya ini bukan kamarnya di kediaman Qiao, bukan juga asrama sekolahnya, ini adalah tempat asing!

Seketika Qiao Mu terkejut sampai seolah jantungnya berhenti berdetak, bahunya terasa dingin, akhirnya dia sadar kalau tubuhnya telanjang …

Sedikit adegan semalam terputar di benaknya, wajahnya memucat, dia dan Li Yan …

Ingatannya berhenti ketika Li Yan meletakkan tubuhnya di kasur, kemudian …menyebalkan! Kenapa dia tidak ingat lagi?!

Di sampingnya tidak ada orang, dan Qiao Mu tidak tahu harus senang atau kecewa.

Tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka, pria yang dia kira sudah pergi itu muncul dengan terang-terangan di depannya.

Li Yan mengenakan baju handuk, dan melihatnya seolah tidak terjadi apapun, sama sekali tidak merasa bersalah karena telah menyentuhnya saat dalam keadaan mabuk.

Qiao Mu mengedipkan mata melihat Li Yan, wajahnya tampak memerah, semuanya sudah terjadi, tidak ada gunanya dia bersedih, dia harus tenang!

Orang di depannya adalah Li Yan, adik dari ibu tirinya, kenapa dia ... kenapa dia tidak berhati-hati dan tidur bersama … bersama orang yang dipanggilnya paman!

Huh … ini salah, pinggangnya terasa sakit, sedangkan pria itu malah terlihat santai, sebenarnya siapa yang sudah meniduri siapa!

Li Yan bisa melihat perubahan raut wajah Qiao Mu, dia lalu melempar handuk di tangannya ke samping dan berkata dengan datar, "Sudah sadar? Ayo kita membicarakan peristiwa semalam."